Sukses

‎Harga Minyak Rendah, Produksi Lapangan Banyu Biru Tak Dikurangi

Ongkos produksi langsung lapangan Banyu Urip sebesar US$ 6,5 per barel, kemudian biaya operasional US$ 12 per barel.

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina EP Cepu (PEPC) tak berniat untuk mengurangi produksi minyak di Lapangan Banyu Urip kendati harga minyak dunia berada di kisaran US$ 30an per barel. Pasalnya, menurut manajemen harga tersebut masih berada dalam harga keekonomian.

Produksi Lapangan Banyu Urip sendiri saat ini mampu mencapai 170 ribu barel per hari. Sementara dalam dalam rencana pengembangan atau Plant of Development (POD) puncak produksi (peak) 165 ribu barel per hari selama 3 tahun.

‎Direktur Utama ‎PT Pertamina EP Cepu (PEPC) Adriansyah‎ mengatakan, ongkos produksi langsung sebesar US$ 6,5 per barel. Kemudian biaya operasional US$ 12 per barel.

"Jadi dengan harga minyak US$ 30 per barel masih sangat ekonomis. Itu basis kami, tidak ada rencana untuk hentikan atau turunkan produksi Banyu Urip," kata dia, Jakarta, Jumat (8/4/2016).

Dia menuturkan, produksi puncak 165 ribu barel per hari dibuat berdasarkan data-data informasi saat POD seperti peningkatan pengetahuan soal reservoir yang baik.

"Seiring dengan pengeboran, pengetahuan soal reservoir makin baik, korositasnya baik, recovery factor makin tinggi, sehingga kita bisa dorong produksi di atas 165 ribu barel per hari," tambah dia.

Sementara itu, dia menuturkan produksi Lapangan Banyu Urip masih bisa ditingkatkan. Namun, dia menuturkan manajemen mempertimbangkan banyak faktor, salah satunya fasilitas pengolahan yang didesain maksimal 185 ribu barel per hari.

"Kemudian juga pertimbangan kapasitas pipa karena semua minyak disalurkan dengan satu pipa ke FSO Gagak Rimang,"kata dia.

Sebelumnya, Adriansyah‎  menyebutkan produksi ‎minyak Lapangan Banyu Urip telah menembus 170 ribu barel per hari (barrel of oil per day/BOPD) pada Maret 2016. Pencapaian itu di atas dari angka yang diproyeksikan sebesar 165 ribu barel per hari.

Ada produksi tersebut maka produksi minyak Lapangan Banyu Urip sekitar 20 persen produksi nasional. "Peak-nya 165 ribu BOPD, walaupun berapa hari ini kita sudah capai 170 ribuan kita harapkan peak produksinya adalah 3 tahun POD awal. Tapi ada kemungkinan peak akan naik lagi akan bertambah panjang tergantung nanti," kata dia.

Pengembangan lapangan Banyu Urip meliputi 5 kegiatan Engineering, Procurement dan Costruction (EPC). EPC 1 meliputi Central Processing Facility telah mencapai 98,90 persen, EPC 2 meliputi Onshore Export Pipeline (72 km) telah mencapai 100 persen. (Amd/Gdn)