Liputan6.com, Jakarta - Bank Dunia (World Bank) melaporkan data terbaru terkait pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Timur dan Pasifik . Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi di Asia Timur dan Pasifik bakal melambat di 2016 ini. Tantangan terbesar perlambatan ekonomi ini karena faktor masih lesunya ekonomi Tiongkok, termasuk negara-negara berpendapatan tinggi.
Wakil Presiden terpilih Bank Dunia untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik, Victoria Kwakwa mengungkapkan, laju pertumbuhan di kawasan Asia Timur dan Pasifik diperkirakan akan melambat dari 6,5 persen di tahun lalu ke level 6,3 persen di 2016, dan terus menurun 6,2 persen pada periode 2017-2018.
"Pertumbuhan kawasan Asia Timur dan Pasifik tetap bertahan, dan hanya sedikit melambat untuk kurun 2016-2018. Tapi prediksi tersebut mencerminkan transisi Tiongkok menuju arah berkelanjutan, hanya saja melambat," terangnya di kantor Bank Dunia,Jakarta, Senin (11/4/2016).
Baca Juga
Dirinya memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada tahun ini 6,7 persen dan 6,5 persen di 2017. Prediksi ini lebih melambat dibanding pertumbuhan 6,9 persen di tahun lalu.
Laporan Perkembangan Ekonomi Asia Timur dan Pasifik menganalisa prospek pertumbuhan di kawasan tersebut di tengah situasi sangat menantang. Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berpenghasilan tinggi melambat dan perlambatan merata di negara-negara berkembang. Sambung Kwakwa, perdagangan dunia melemah, harga komoditas tetap rendah dan pasar keuangan kurang stabil.
"Bila tidak menyertakan Tiongkok, negara-negara berkembang di kawasan ini bisa mengalami kenaikan pertumbuhan menjadi 4,8 persen di 2016, dan 4,9 persen di 2017-2018. Sedangkan tahun lalu, realisasinya 4,7 persen. Kenaikan pertumbuhan itu dimotori oleh pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara," jelas Kwakwa.
Prediksi pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Timur dan Pasifik, lanjutnya, tergantung pada berbagai risiko yang berkembang. Pemerintah di kawasan ini diharapkan akan tetap mengutamakan kebijakan keuangan dan fiskal yang dapat meredam kerentanan dan memperkuat kredibilitas, serta mempertajam reformasi struktural.
Pasalnya, Kwakwa menilai negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik terus memberi kontribusi besar kepada pertumbuhan global. Kawasan tersebut mencakup hampir dua perlima dari pertumbuhan ekonomi dunia di tahun lalu, dan lebih dari dua kali lipat dari seluruh kawasan pembangunan yang lain.
"Kawasan ini terbantu kebijakan makro ekonomi yang cermat, termasuk usaha meningkatkan pendapatan domestik di beberapa negara eksportir komoditas. Tapi guna mempertahankan pertumbuhan di tengah situasi dunia yang menantang, diperlukan kemajuan berkala dalam reformasi struktural," tuturnya. (Fik/Gdn)