Liputan6.com, Jakarta - Pebisnis telah kehilangan miliaran dolar akibat email palsu. Email palsu yang sering disebut dengan nama scam tersebut seringkali membuat kerugian bagi perusahaan.
Mereka sering memalsukan nama jajaran eksekutif dan menipu karyawan untuk mentransfer sejumlah uang kepada kriminal.
Baca Juga
Melansir laman Forbes, Selasa (12/4/2016), kerugian yang ditimbulkan dari email ini mencapai US$ 2,3 miliar atau setara dengan Rp 30,1 triliun.
Advertisement
Kasus yang melibatkan pemalsuan email ini melibatkan 17.642 bisnis yang tersebar di seluruh dunia. Hal ini disampaikan oleh laporan terbaru yang dirilis oleh Biro Investigasi Federal (FBI) Amerika Serikat.
Penegak hukum dan ahli kriminal telah memperingatkan akan bahaya yang ditimbulkan akan hal ini. Banyak kasus kriminal online yang telah merugikan perusahaan. Namun FBI menolak untuk mengeluarkan data akan kerugian yang diperoleh.
Tom Brown, penegak hukum FBI mengatakan bahwa maraknya kriminal ini disebabkan karena kriminal online memiliki risiko yang rendah. Oleh karena itu banyak penjahat yang menempuh jalur ini untuk memenuhi apa yang mereka inginkan.
FBI juga mengungkapkan, banyak penipu yang memakai cara unik. Mereka membuat email palsu dan memakai nama perusahaan untuk menipu karyawan agar mereka mau menuruti apa yang mereka inginkan. (Vna/Ndw)