Sukses

AP II Rogoh Rp 20 Miliar untuk Perbaiki Runway Bandara Halim

AP II mengebut perbaikan landasan pacu (runway) Bandara Halim demi alasan keamanan penerbangan.

Liputan6.com, Jakarta -
Paska insiden tabrakan pesawat Batik Air dan Trans Nusa pada awal April lalu membuat PT Angkasa Pura II (Persero) meningkatkan upaya untuk memperbaiki layanan dan fasilitas di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta.
 
Perusahaan mengebut perbaikan landasan pacu (runway) Bandara Halim demi alasan keamanan penerbangan. 
 
Direktur Utama PT Angkasa Pura II Budi Karya Sumadi usai Rapat Kerja dengan Kementerian Perhubungan dan Komisi V DPR RI mengatakan, keamanan merupakan salah satu faktor vital di industri jasa transportasi udara.
 
Sebagai pengelola Bandara Halim, AP II memang berupaya menyelesaikan perbaikan runway sebelumnya terjadi insiden tabrakan pesawat. 
"Safety is a must and number one. Safety berkaitan dengan runway, jadi kita perbaiki segera runway Bandara Halim Perdanakusuma. Sekarang sudah mulai dikerjakan sejak 2 minggu lalu," tegas Budi saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Senin (11/4/2016). 
 
Perusahaan pelat merah pengelola 13 bandara ini menegaskan, telah menggelontorkan anggaran Rp 20 miliar untuk merampungkan perbaikan runway Bandara Halim. Dengan begitu, target selesai diperkirakan Mei 2016. 
 
"Dalam waktu 2 bulan sudah bisa selesai, Mei lah karena sudah dikerjakan mulai 26 Maret 2016. Anggarannya Rp 20 miliar. Untuk safety tidak ada urusan (Rp 20 miliar)," kata Budi, Mantan Direktur Utama PT Pembangunan Jaya Ancol itu.  
 
Menyoal usulan penerbangan sipil di Bandara Halim dipindah ke Bandara Soekarno Hatta (Soetta), Cengkareng, diakui Budi membutuhkan waktu paling cepat setahun.
 
Itu karena AP II sedang menuntaskan pembangunan fasilitas dari sisi bandara (air side), termasuk di dalamnya fasilitas east cross taxiway. 
 
"Kalau sekarang, Bandara Soetta tidak mampu menampung. Tapi kalau east cross taxiway sudah jadi, runway ketiga sudah selesai, maka frekeunsi penerbangan bisa meningkat jadi 86 frekuensi. Bahkan cita-citanya 100 frekuensi. Jadi ada ruang untuk itu (pindah). Tapi kalaupun pindah, butuh waktu paling cepat 1 tahun," dia menjelaskan. (Fik/Nrm)