Liputan6.com, New York - Harga minyak cetak penurunan terbesar dalam hampir dua minggu dipicu keraguan bahwa para produsen minyak utama dunia dapat menyepakati pembatasan pasokan dalam pertemuan yang digelar pada akhir pekan ini.
Dilansir dari Wall Street Journal, Sabtu (16/4/2016), dalam tiga hari berturut-turut harga minyak terus tergerus menjelang pertemuan penting antara pemimpin Organisasi Negara-negara pengekspor minyak (OPEC) dengan produsen nonOPEC, terutama Rusia, kata para analis.
Baca Juga
Kemungkinan produsen terbesar dunia akan mulai bekerjasama untuk mengangkat harga yang turun tajam pada tahun ini. Namun banyak analis yang percaya bahwa kesepakatan tidak mungkin tercapai dan harga minyak diprediksi bakal merosot kembali usai pertemuan.
Advertisement
Baca Juga
Â
Harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei turun US$ 1,14 atau 2,75 persen menjadi US$ 40,36 per barel di New York Mercantile Exchange. Sedangkan harga minyak Brent turun US$ 74 sen atau 1,7 persen menjadi US$ 43,10 per barel di ICE Futures Europe.
Kedua patokan harga minyak sempat naik semalam tetapi menurun setelah berita bahwa Menteri Perminyakan Iran, Bijan Zanganeh, tidak akan menghadiri pertemuan puncak produsen minyak yang digelar di Doha, Qatar tersebut.Pedagang menilai keengganan Iran untuk hadir di pertemuan penting itu sebagai masalah besar. Beberapa pejabat OPEC telah mengatakan kesepakatan tidak akan terjadi jika tanpa Iran. Namun meski tak hadir dalam pertemuan tersebut, Zanganeh memperkirakan ekspor minyak Iran akan naik dua kali lipat menjadi 4 juta barel per hari sebab sanksi internasional terhadap negara itu telah berakhir.Harga minyak telah melonjak lebih dari sepertiga sejak gagasan membatasi produksi meluncur pada pertengahan Februari, namun penguatan harga minyak telah terhenti dalam beberapa pekan terakhir di tengah ketidakpastian tentang hasil pembicaraan.
Bahkan jika pertemuan berakhir dengan kesepakatan untuk membatasi produksi, banyak analis mempertanyakan apakah hal itu akan cukup untuk mengurangi kekenyangan pasokan minyak global yang telah menekan harga selama dua tahun terakhir. (Ndw/Nrm)