Sukses

Bursa Asia Menguat Terdorong Kenaikan Harga Minyak

Kenaikan bursa Asia terdorong kenaikan harga minyak dunia yang menyentuh level US$ 44 per barel.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Asia dibuka naik ke tingkat tertinggi dalam empat bulan terakhir pada perdagangan Kamis pekan ini. Kenaikan bursa Asia terdorong kenaikan harga minyak dunia yang menyentuh level US$ 44 per barel.

Mengutip Bloomberg, Kamis (21/4/2016), Indeks Topix Jepang naik 1,6 persen pada pukul 09.14 waktu Tokyo Jepang. Indeks utama di Jepang ini naik ke posisi tertinggi dalam dua bulan ini.

Sedangkan Indeks S&P/ASX 200 Australia naik 1 persen dan Kospi Korea Selatan naik 0,6 persen. Untuk kontrak Pada Indeks Hang Seng Hong Kong naik 0,7 persen. Sementara kontrak berjangka pada FTSE China A50 Index menguat 0,8 persen.

Penguatan indeks saham di Jepang, Australia, Korea Selatan dan Indeks berjangka China dan Hong Kong ini karena terpengaruh penguatan di bursa Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

Pada penutupan perdagangan kemarin, Dow Jones Industrial Averange (DJIA) naik 0,24 persen dan berakhir di angka 18.096,27. S&P 500 juga menguat 0,08 persen menjadi US$ 2.102,4. Sedangkan Nasdaq Composite menguat 0,16 persen menjadi 4.948,13.

Pendorong kenaikan bursa Asia dan bursa AS adalah kenaikan harga minyak. Minyak mentah mencapai tertinggi lima bulan pada perdagangan Rabu setelah sebuah laporan menunjukkan produksi AS tergelincir ke posisi terendah sejak Oktober 2014.

Selain itu, Irak yang juga berencana untuk ikut dalam aksi membekukan produksi juga ikut mendorong harga minyak naik.

Indeks saham global memang terus reli hingga 16 persen jika dihitung mulai dari penurunan yang terjadi pada Februari lalu. Sentimen yang menjadi pendorong adalah pemulihan harga minyak, tanda-tanda stabilisasi ekonomi China dan AS dan kepercayaan bisnis Australia yang naik.

"Ketertarikan investor akan aset yang berisiko telah kembali," jelas analis Northern Trust Corp, Chicago, AS, Jim McDonald. Sebelumnya memang investor banyak mengoleksi aset-aset save haven karena risiko perekonomian yang tinggi. Baru dalam beberapa pekan terakhir, investor mulai masuk ke instrumen yang memiliki risiko besar. (Gdn/Zul)