Liputan6.com, Sorong - Provinsi Papua Barat kini memiliki bandara yang bisa dibanggakan sebagai pintu gerbang datangnya para wisatawan. Pengembangan Bandara Domine Eduard Osok (DEO) di Sorong, Papua Barat yang dimulai sejak 2011 lalu kini telah selesai.
Kepala Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Kelas I DEO Paryono mengatakan, pengembangan bandara ini telah dimulai sejak 2011, namun sempat terhenti pada 2012. Kemudian pengembangannya kembali dilanjutkan pada 2013 dan siap diresmikan dalam waktu dekat.
"Konon sudah dilakukan sebagian tiang pancang di 2011, kemudian 2012 terhenti. Pada 2013 mulai dilanjutkan dengan tiang pancang dan pondasi. Di 2014 mulai pengerjaan struktur sampai ke atap. Dan di 2015 pengerjaan oleh sipil arsitektur dan peralatannya," ujar dia di Sorong, Papua Barat, Kamis (21/4/2016).
Saat ini Bandara Domine Eduard Osok memiliki landasan pacu (runway) dengan panjang 2.060 meter dan lebar 45 meter yang bisa didarati oleh pesawat berbadan lebar (wide body) dan pesawat propeller. Ke depannya, panjang runway bandara ini akan ditingkatkan menjadi 2.500 meter agar lebih banyak jenis pesawat yang bisa mendarat di bandara ini.
"Ini akan ditingkatkan menjadi 2.500 meter, plus stopway di kedua sisi ujung runway. Apron (tempat parkir pesawat) juga sedang kita lakukan diperluas secara bertahap. Saat ini apron kita bisa menampung 7 pesawat berbadan lebar setingkat NG dan 3 pesawat propeller seperti ATR atau Hercules," jelas dia.
Fasilitas yang ada bandara ini juga semakin lengkap, antara lain dengan pemasangan dua garbarata, lift dan escalator terminal, x-ray bagasi, metal detector, baggage handling system, kabin multi view.
"Masalah kebersihan yang semula terminal luasan terbatas, kondisinya masih sederhana, belum dianggap terminal yang representatif, closetnya masih jongkok, jumlahnya terbatas, tidak perlu tisu. Sedang sekarang, saya kira sudah representatif," kata dia.
"Di 2016 ini ada pekerjaan terbatas pembongkaran terminal lama untuk perluasan lahan parkir. Kita terus berupaya supaya tetap rapi. Nantinya karena situasi di sini, untuk tempat-tempat tertentu kita pagar tembok, karena pagar BRC itu bisa dirusak. Pagar tembok itu kan lebih bagus dan tidak ada niat pengerusakan tertentu karena ingin besi rongsok atau apapun," tandas dia. (Dny/Gdn)