Sukses

Produk Kretek Diminta Masuk Jadi Warisan Budaya

Merujuk ke tradisi, keberadaan produk kretek dinilai sudah sangat lama.

Liputan6.com, Jakarta - Kretek diminta masuk menjadi salah satu warisan budaya Indonesia. Alasannya, bicara soal kretek adalah bicara mengenai tembakau, cengkih, dan saus. Kretek dinilai bukan rokok.

Ini diungkapkan Koalisi Nasional Penyelamatan Kretek (KNPK) Zulvan Kurniawan. "Kretek itu, kan, produk yang di dalamnya ada cengkih. Kemudian merujuk ke tradisi, kretek itu sudah sangat lama. Dan jangan lupa awal ditemukan kretek juga dipakai sebagai obat untuk sakit nafas," jelas dia di Jakarta, Jumat (22/4/2016).

Ini menanggapi adanya pernyataan jika kretek harus dimusnahkan dan dimuseumkan karena bukan warisan budaya Indonesia.

Kata Zulvan, kelompok anti kretek, bertujuan mendeligitimasi kretek sebagai bagian budaya atas pesanan pihak asing. 


Dia menyebutkan, di Indonesia warisan budaya tak benda ada tujuh, di antaranya, batik, keris, angklung, dan noken papua. Kretek pun, karena sudah berusia lama, layak masuk warisan budaya tak benda karena memenuhi unsur seperti pengetahuan, perilaku tradisional, kearifan lokal, kemahiran tradisional. "Sebagai karya budaya kretek jelas memenuhi," dia menjelaskan.

Menurut Zulvan, ketika Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 109 Tahun 2012 masih berupa rancangan PP (RPP), cengkeh sebagai bahan campuran kretek masuk ke RPP. Namun klausul ini hilang karena desakan kelompok antitembakau.

PP ditengarai sebagai cara pemerintah untuk mengadopsi Framework Convention on Tobacco Control (WHO FCTC) yang disokong industri farmasi. FCTC ini mengharamkan rokok beraroma, seperti aroma mentol atau cengkeh.

Sementara Budayawan Mohamad Sobary melihat, ada begitu banyak kalangan yang tidak mampu melihat sisi positif tembakau. Hal itu terjadi karena mereka umumnya sudah dipengaruhi kepentingan lobi-lobi asing.

Menurut Sobary, kretek harus tetap lestari. Sudah 20 tahun lebih, kretek digoyang dengan target utamanya menghapuskan kretek dari bumi Indonesia. “Dulu Amerika pernah berkampanye bahwaminyak kopra tidak hiegenis. Tapi sekarang mereka memproduksi minyak kopra. Sekarang kopra justru hilang dari Indoneia," dia menuturkan. (Nrm/Ahm)

Video Terkini