Liputan6.com, Jakarta - Proyek reklamasi di Teluk Jakarta berpotensi mengganggu keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Muara Karang dan Tanjung Priok. Bila proyek tersebut berjalan tidak benar, proyek reklamasi bahkan bisa membuat pasokan listrik Jakarta padam.
Direktur Pengadaan‎ PT PLN (Persero) Supangkat Iwan Santoso‎ menuturkan, gangguan bisa terjadi karena pasokan gas bagi pembangkit Muara Karang dan Tanjung Priok dipasok melalui pipa dari Floating Storage Regasification (FSRU) Jawa Barat yang terletak di perairan laut Jakarta.
Jika pipa gas tersebut terganggu oleh proyek reklamasi, maka kedua pembangkit listrik dengan total kapasitas 3.750 Mega Watt (MW) tersebut akan berhenti mengalirkan listrik ke wilayah di Jakarta.
"Pipa gas dari floating storage. Pipa gas jangan sampai terganggu maka kalau terganggu pembangkit mati," jelas Supangat saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (26/4/2016).
Baca Juga
Dia mengungkapkan, hal lain dampak dari kegiatan reklamasi adalah terganggunya sistem sirkulasi air pendingin pembangkit. Sebab pengerukan dari reklamasi akan membuat air keruh dan berlumpur sehingga bisa mengganggu mekanisme penghisapan air pendingin. Sebab itu perlu pengawasan yang ketat agar proses pendinginan tidak terganggu.
"Dampak jangka pendek saat reklamasi air keruh ini memerlukan pengawasan, supaya tanah tidak keruh, tidak ada lumpur sehingga tidak mas‎uk mesin pendingin," ungkap dia.
Menurut dia, untuk mengatas‎i gangguan pada pembangkit seiring pelaksanaan reklamasi tersebut, PLN dan pengembang pulau reklamasi Muara Wisesa telah melakukan kajian. Hasilnya diputuskan adanya pengalihan penghisapan dan pembuangan air pendingin pembangkit.
"Reklamasi Pantai Utara sudah dikaji antara PLN kemudian pengembangnya Muara Wisesa. Awalnya dikhawatirkan pada sistem air pendingin. Kalau pulau menutup air terganggu sehingga pembangkit akan panas, sudah diatasi air mengalir ke sebelah barat pulau, air masuk dari tengah ke sebelah barat pulau kemudian ke Pantai Mutiara, ada sungai itu," jelas Supangat. (Pew/Nrm)
Advertisement