Liputan6.com, New York - Harga minyak di Amerika Serikat (AS) mampu ditutup di level tertinggi sepanjang 2016, pada perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Penyebab kenaikan harga minyak AS adalah pelemahan nilai tukar dolar AS dan juga keyakinan dari pelaku pasar bahwa produksi minyak AS akan terus menurun.
Namun memang, beberapa analis memperingatkan bahwa meskipun produksi minyak di AS telah menurun tetapi masih terjadi kelebihan pasokan. Hal tersebut bisa menahan kenaikan harga minyak ke level yang lebih tinggi lagi.
Mengutip Wall Street Journal, Rabu (27/4/2016), harga minyak mentah jenis Light Sweet untuk pengiriman Juni naik US$ 1,40 atau 3,3 persen ke level US$ 44,04 per barel di New York Mercantile Exchange. Merupakan penutupan tertinggi sejak 10 November 2015 lalu.
Sedangkan untuk harga minyak Brent yang merupakan patokan harga minyak global, naik US$ 1,26 per barel atau 2,8 persen kelevel US$ 45,75 per barel di ICE Futures Europe.
Baca Juga
Kenaikan harga minyak ini karena nilai tukar dolar AS melemah jelang pertemuan yang diadakan oleh para pejabat Bank Sentral AS pada Selasa dan Rabu waktu setempat. Pelaku pasar memperkirakan bahwa Bank Sentral AS kemungkinan besar akan menahan rencana kenaikan suku bunga setelah melihat realisasi data-data ekonomi.
The Wall Street Journal Dollar Index yang merupakan indeks nilai tukar dolar AS terhadap beberapa mata uang lain menunjukkan penurunan 0,3 persen. Dengan penurunan nilai tukar AS ini maka harga minyak menjadi lebih murah bagi mereka yang bertransaksi dengan mata uang lain.
Harga minyak AS telah naik lebih dari 68 persen dari level terendah dalam 13 tahun terakhir yang dibukukan pada Februari lalu. Tetapi meskipun telah mengalami kenaikan yang cukup besar, masih ada risiko kelebihan pasokan.
"Kelebihan pasokan di dunia masih cukup besar. Harga minyak masih akan tertahan," jelas commodities manager Phillip Futures Avtar Sandu. Ia melanjutkan, masih ada kemungkinan harga minyak bakal terkoreksi ke depannya.
The U.S. Energy Information Administration bakal mengeluarkan data mengenai jumlah persediaan minyak mentah di AS pada Rabu waktu setempat. Data tersebut akan sangat mempengaruhi gerak harga minyak ke depannya. (Gdn/Ndw)