Sukses

Perkecil Porsi Investor Asing, RI Ingin Tiru Jepang

Kepemilikan asing dalam portofolio investasi Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia sangat besar, nyaris 40 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Kepemilikan asing dalam portofolio investasi Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia sangat besar, nyaris 40 persen. Jumlah tersebut berpotensi memicu terganggunya kesehatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN‎) serta ekonomi makro Indonesia jika sewaktu-waktu dana-dana itu keluar (sudden reversal).

‎Menteri Keuangan (Menkeu), Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, pemerintah membutuhkan pembiayaan yang cukup besar untuk menutup defisit anggaran di APBN. Salah satu sumber pembiayaan adalah dengan menerbitkan surat utang maupun SBN, termasuk Surat Berharga Ritel (SBR).

"Kami ingin pastikan skema pembiayaan yang aman untuk menjaga stabilitas ekonomi makro, syaratnya dengan menambah atau memperluas basis investor domestik dalam kepemilikanSBN. Ini syarat yang sudah terbukti berhasil di negara maju," ujarnya dalam PeluncuranSBR 002 di kantorKemenkeu,Jakarta, Kamis (28/4/2016).

Kepemilikan investor asing atas SBN Indonesia dalam denominasi rupiah‎ sampai dengan saat ini mencapai 38 persen-39 persen. Kondisi ini, sambung Bambang, dianggap investor dan sebagian lembaga pemeringkat (rating agency) berisiko besar.

"Ini risiko, apalagi kalau terjadi ketidakstabilan ekonomi global dan terjadi sudden reversal. Kalau investor asing ‎kepemilannya kecil, tidak khawatir. Tapi kalau sampai 30 persen lebih akan menjadi perhatian mereka (investor dan rating agency)," jelas Bambang.

Pemerintah‎, tambahnya, terus berusaha menambah dan memperluas basis investor domestik sehingga peran asing di SBN denominasi rupiah semakin mengecil, dan penggantinya adalah investor domestik. Caranya, dia bilang, pemerintah perlu mengeluarkan instrumen investasi lain yang mampu menjaring investasi di masyarakat kalangan menengah ke bawah.

Konsepnya, lanjut Bambang, membidik investor perorangan, Usaha Kecil dan Menengah (UKM), tidak melulu korporasi besar atau para konglomerat. Pasalnya, lebih jauh kata Bambang, UKM dan kalangan menengah Indonesia mempunyai likuiditas yang ingin disimpan dalam sebuah investasi yang aman dan menguntungkan. Jika tidak, mereka akan memarkirkan dananya ke tabungan maupun deposito di perbankan.

"Itu akan menyenangkan pihak bank, tapi buat investor tidak memuaskan. Nah SBR ataupun ORI dan Sukuk Ritel bisa jadi solusi‎ investasi yang aman dan menguntungkan buat mereka. Jadi kita perlu pendalaman pasar, sosialisasi dan dukungan dari berbagai pihak untuk meningkatkan jumlah investor domestik," terangnya.

Bambang bermimpi, penguasaan investor asing di SBN Indonesia semakin menyusut porsinya. Impian terbesarnya sama dengan Jepang yang mencatatkan kepemilikan asing hanya 9 persen.

"Mimpinya suatu saat porsi asing bisa di bawah 20 persen atau sama kayak Jepang yang cuma 9 persen bisa terwujud. Tapi butuh dukungan dari semua pihak termasuk sosialisasi yang kuat," harapnya. (Fik/Gdn)