Sukses

Penjelasan Pertamina Soal Mahalnya Harga BBM di Papua

Harga BBM di Papua sampai Rp 20 ribu per liter bahkan sampai Rp 80 ribu per liter.

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) angkat bicara tentang harga Bahan Bakar Minyak (BBM)‎ di wilayah pedalaman Papua dan Papua Barat yang lebih mahal dari harga yang ditetapkan Pemerintah.

Vice Presiden Corporate Communication PT Pertamina Wianda Pusponegoro mengakui harga BBM di pedalaman kedua wilayah tersebut bisa lebih mahal dari penetapan pemerintah, seperti Premium sebesar Rp 6.450 per liter, dan Solar Rp 5.150 per liter.

"Seperti yang sering kita dengar harga BBM di Papua sampai Rp 20 ribu per liter. Bahkan ada yang sampai  Rp 80 ribu per liter di Wamena," kata Wianda di Jakarta, Kamis (8/4/2016).

Dia pun menjelaskan, perbedaan harga BBM yang dijual tersebut karena di luar garis distribusi Pertamina, alias itu produk yang dijual pedagang eceran.

Pertamina dipastikan hanya menjual BBM di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), Agen Premium Minyak dan Solar (APBM) Stasiun Pengisian Dealer Nelayan (SPDN) dan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN).

Khusus di kedua wilayah tersebut, lokasi penjualan BBM milik Pertamina mencapai 36 unit SPBU, 97 unit APMS, 16 unit SPDN dan 4 ‎unit SPBN.

"Harga-harga yang mahal itu di luar dari line distribusi Pertamina.  Harga yang ditemukan melenceng itu, di luar dari empat line di Pertamina," tutur dia.

Menurut Wianda, pembelian BBM yang berlangsung di luar empat jalur distribusi milik Pertamina maka tidak menjadi tidak tanggung jawab‎ perusahaan energi ini. "Kita bisa bilang itu bukan tanggung jawab Pertamina," tegas Wianda.

‎Pertamina  menilai Pemerintah Daerah dan Pemerintah Provinsi yang bertugas untuk mengawasi penjualan BBM eceran, agar dijual dengan harga yang wajar.

Khusus stok BBM di kedua wilayah itu, Pertamina akan berupaya meningkatkan stok BBM dengan membangun tanki penyimpanan.

"Stok meningkat barang tersedia, ketersediaan stok, kalau harga tinggi stok terbatas dengan adanya pasokan yang cukup sedikit mengurangi tekanan‎ harga," tutup Wianda.(Pew/Nrm)

Video Terkini