Liputan6.com, New York - Harga emas turun pada perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) karena tertekan penguatan dolar AS. Harga emas kembali jatuh ke bawah level US$ 1.300 per troy ounce setelah sebelumnya mampu menembus angka tersebut.
Mengutip Wall Street Journal, Rabu (4/5/2016), harga emas berjangka untuk pengiriman Juni, merupakan kontrak yang paling aktif diperdagangkan, turun 0,3 persen menjadi US$ 1.291, 80 per troy ounce di Divisi Comex New York Mercantile Exchange.
Sejak awal tahun atau dalam hitungan year to date, harga logam mulia ini telah naik sekitar 21 persen karena investor melakukan akumulasi beli terhadap instrumen investasi save haven ini karena ketidakpastian perekonomian global.
Baca Juga
Sedangkan pada perdagangan Selasa, harga emas tertekan karena penguatan dolar AS. The WSJ Dollar Index yang merupakan indeks yang mengukur nilai tukar dolar AS terhadap beberapa mata uang utama dunia, menunjukkan kenaikan 0,6 persen.
Penguatan dolar AS ini menjadi beban bagi logam mulia karena investor yang melakukan transaksi dengan mata uang lainnya menjadi lebih mahal saat membeli emas.
Ke depan, sentimen yang mampu mempengaruhi pergerakan harga emas adalah keluarnya data mengenai tenaga kerja di AS yang rencananya bakal dirilis pada Jumat nanti.
Data tersebut menjadi salah satu indikator kesehatan perekonomian di AS sehingga akan menjadi acuan bagi Bank Sentral AS untuk menentukan kebijakan suku bunga acuan ke depannya.
"Harga emas memang sempat menggoda karena menyentuh level US$ 1.300 per troy ounce. Namun kemudian jatuh dengan sangat keras," jelas Managing Director RBC Wealth Management, George Gero.
Ia menambahkan bahwa para pedagang saat ini lebih memilih untuk menunggu keluarnya data ekonomi tersebut karena merasa lebih nyaman setelah mendapat perkiraan apakah Bank Sentral AS akan mengubah kebijakan moneter atau tidak. (Gdn/Nrm)