Liputan6.com, Jakarta - Perum Badan Urusan Logisti/Bulog menilai lonjakan harga bawang merah di kota-kota besar seperti Jakarta lebih disebabkan oleh kurangnya informasi ketersediaan komoditas tersebut di daerah sentra produksi.
Kepala Divisi Penjualan Perum Bulog Subali Agung Gunawan mengatakan, ‎selama ini kenaikan harga bawang merah di kota besar dipicu oleh penurunan pasokan bawang merah yang disebabkan oleh berbagai hal. Padahal pada saat yang sama, ‎di daerah sentra produksi bawang tengah mengalami panen raya.
Baca Juga
"Bawang merah karena faktor informasi, di daerah mana yang butuh, di daerah mana yang surplus dan defisit. Sekarang misalnya di Brebes banyak, sementara di Jakarta harganya mahal,‎" ujar dia di Jakarta, Rabu (4/5/2016).
Advertisement
Baca Juga
Untuk mengatasi hal ini, lanjut Subali, pemerintah harusnya memperbaiki sistem informasi mengenai ketersediaan komoditas tersebut di daerah-daerah sentra produksinya. Peran dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga perlu ditingkatkan untuk menjadi sarana informasi karena punya jaringan yang luas.
"Jadi informasi ini yang harus diperbaiki.‎ Kita bagi tugas dengan teman-teman di BUMN. Ada yang bisa memanfaatkan media informasi," kata dia.
Subali juga mengatakan, langkah impor tidak perlu dilakukan untuk menurunkan harga bawang merah. Lantaran produksi bawang merah nasional masih cukup untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian (Kementan) produksi bawang merah nasional pada 2015 mencapai 1,2 juta ron. Sedangkan kebutuhannya di dalam negeri hanya sebesar 947 ribu ton. Dengan demikian, bawang merah di Indonesia sebenarnya masih surplus sekitar 318 ribu ton. "Bawang merah lokal saya rasa masih cukup untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri," ujar dia. (Fik/Ahm)