Sukses

Harga Minyak Tertekan, Investor Menata Kembali Portofolio

Patokan harga minyak di AS berakhir naik 0,8 persen dan menetap di US$ 44,66 per barel di New York Mercantile Exchange.

Liputan6.com, New York - Patokan harga minyak di Amerika Serikat (AS) maupun global naik pada perdagangan Jumat pekan ini. Namun jika dihitung secara mingguan, pada pekan pertama Mei ini harga minyak mengalami penurunan setelah sebelumnya selama empat pekan berturut-turut membukukan kenaikan.

Penurunan harga minyak pada pekan pertama di Mei ini terjadi karena investor sengaja mengerem reli harga minyak. Pelaku pasar ingin melihat kembali keseimbangan antara permintaan dan penawaran.

Mengutip Wall Street Journal, Sabtu (7/5/2016), patokan harga minyak di AS berakhir naik 0,8 persen dan menetap di US$ 44,66 per barel di New York Mercantile Exchange. Sedangkan minyak Brent, yang merupakan patokan harga minyak dunia naik 0,8 persen ke US$ 45,37 per barel di Bursa ICE Futures Europe.

Para analis melihat bahwa reli yang terjadi4 pada 4 pekan sebelumnya menunjukkan bahwa telah terjadi perbaikan kondisi antara jumlah pasokan dan permintaan. Pelaku pasar melihat bahwa para produsen dunia akan mengontrol produksi mereka sehingga kelebihan pasokan yang selama ini terjadi menjadi lebih terkendali.

Pada pekan lalu, baik minyak mentah AS maupun minyak mentah global berada di level tertinggi sepanjang 2016. Namun pada pekan ini untuk pasokan minyak AS turun 3 persen dan Brent melemah 5,8 persen dari posisi tertinggi pada 2016 ini.

Dalam catatan Commerzbank, penghentian kenaikan harga tersebut sebagai langkah antisipasi dari pelaku pasar. Mereka menata ulang portofolio dan menghitung kembali di mana seharusnya harga minyak berada.

Analis PVM Stephen Brennock melanjutkan, meskipun harga minyak terus mengalami reli, stok atau pasokan minyak mentah di dunia sebenarnya terus bertambah. Dalam hitungan dia, pasokan minyak mentah meningkat 1,95 juta barel per hari pada kuartal I 2016 ini.

Kenaikan jumlah pasokan minyak mentah tersebut diperkirakan akan terus terjadi pada kuartal II 2016 ini setelah melihat permintaan yang juga belum pulih. Tentu saja, kenaikan pasokan tersebut tetap akan menekan harga minyak. (Gdn/Ndw)

Video Terkini