Sukses

Stok Beras Aman untuk Kebutuhan Ramadan dan Lebaran

Kementerian Pertanian perkirakan ada sekitar 35,5 juta ton gabah kering giling pada Maret-Juni 2016.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan hingga saat ini stok beras di dalam negeri masih melimpah. Bahkan stok tersebut diyakini mampu mencukupi kebutuhan selama Ramadan dan Lebaran.

Kepala Pusat Data dan Informasi Kementan Suwandi mengatakan, produksi padi diprediksi sekitar 35,5 juta ton gabah kering giling (GKG) pada Maret-Juni 2016.

"Stok beras ada tersebar di petani, di penggilingan, di pasar, di konsumen dan ada di Bulog. Ini sekaligus untuk menjawab polemik perberasan 2015 dan data pangan," ujar dia di Jakarta, Minggu (8/5/2016).

Suwandi menjelaskan, survei Sucofindo dan survei BPS menyatakan stok beras sebanyak 8-10 juta ton tersebar di Bulog dan masyarakat.

Rincian hasil survei tersebut yaitu stok di produsen sebanyak 64 hingga 81 persen, di penggilingan dan pedagang 9 hingga 24 persen, dan di konsumen 9 hingga 11 persen.

"Stok di konsumen mencakup rumah tangga, industri pangan, hotel, restoran, katering dan lainnya," kata dia.

Suwandi menambahkan, keberadaan stok di produsen pun terkonfirmasi dengan data Sensus Pertanian BPS 2013 yang menyebutkan dari 14,3 juta Rumah Tangga Petani padi. Terdapat 37,6 persen tidak menjual gabah beras hasil padinya, biasanya untuk disimpan dan konsumsi sendiri, 54,9 persen menjual sebagian hasilnya, dan sisanya 7,6 persen menjual seluruh hasil usahanya.

"Stok beras berfluktuasi antar ruang dan waktu, terutama saat musim panen dan paceklik, serta antar wilayah 16 provinsi sentra dan non sentra padi," ungkap dia.

Stok juga melimpah di tingkat pedagang. Pada musim paceklik Januari-Februari 2016, beras melimpah di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) dan di pasar sentra beras lainnya. [Stok beras](Stok beras "") naik di atas 100 persen pada Januari-Februari 2016 dibandingkan periode yang sama 2015. Selanjutnya diikuti turunnya harga beras di pasar menjelang panen raya padi Maret-Mei 2016.

"Anomali ini terjadi karena perilaku pasar dengan indikasi menahan stok di saat paceklik dengan harapan harga naik tinggi, selanjutnya melepas ke pasar untuk menghindari turunnya harga memasuki panen raya," ujar dia. (Dny/Ahm)