Sukses

Investor Selandia Baru Minat Bangun Peternakan Sapi di Papua

Realisasi investasi mencapai US$ 38,2 juta dari Selandia Baru pada periode 2010-2015.

Liputan6.com, Jakarta - Investor Selandia Baru menyampaikan minatnya untuk berinvestasi di Indonesia. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani menyampaikan hal itu usai berkunjung selama dua hari ke negara tersebut.

Franky menyatakan, investor asal Selandia Baru berminat menanamkan modalnya di Indonesia pada tiga sektor utama, yaitu sektor jasa pendukung kesehatan, sektor infrastruktur pengolahan air bersih berbasis energi terbarukan dan sektor peternakan, dalam hal ini peternakan sapi.

Sebelumnya, investor Selandia Baru yang telah berinvestasi pada sektor industri pengolahan susu di Indonesia, yaitu Fonterra juga telah menyatakan rencananya untuk melakukan ekspansi bisnisnya di Indonesia.

"Terdapat tiga perusahaan dari sektor jasa pendukung kesehatan, sektor infrastruktur dan sektor pertanian yang menyatakan minatnya untuk menanamkan modalnya di Indonesia," ujar dia di Jakarta, Minggu (8/5/2016).

Franky menuturkan, untuk sektor jasa pendukung kesehatan, investor Selandia Baru tersebut ingin berinvestasi dalam bidang usaha klinik laboratorium. Investor yang belum disebutkan namanya ini merupakan perusahaan yang mendominasi pasar jasa kesehatan di Selandia Baru dengan pangsa mencapai 60 persen dan telah beroperasi selama 10 tahun.

"Mereka akan berpartner dengan perusahaan lokal yang merupakan investment company. Untuk tahap awal mereka belum akan masuk ke klinik namun ke radiologi dan laboratorium terlebih dahulu," jelas dia.

Berdasarkan penjelasan investor, lanjut Franky, jenis laboratorium yang dibidik adalah deteksi kanker. "Bisnis ini sangat besar, karena pemerintah mengeluarkan kebijakan dan sangat concern terhadap kesehatan nasional," kata dia.

Minat kedua muncul dari perusahaan asal Selandia Baru dengan bisnis penjernihan air bertenaga solar panel. Salah satu skema yang diusulkan adalah joint venture sehingga memungkinkan adanya transfer knowledge dari kedua belah pihak.

"Proyek investasi di bidang usaha tersebut dapat didaftarkan dengan skema layanan investasi 3 jam," lanjut dia.

Sementara itu, Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Himawan Hariyoga mengungkapkan, lini bisnis yang diinginkan oleh investor di sektor infrastruktur pengolahan air berbasis energi terbarukan tersebut terbuka untuk asing.

"Kami akan bekerjasama dengan KBRI Wellington untuk mengawal minat investasi dari Selandia Baru tersebut," kata Himawan.

Sedangkan minat ketiga yaitu untuk berinvestasi di sektor pastoral cattle farm di Papua Barat. Investor menyampaikan, mereka telah menemukan lokasi strategis yaitu di Papua Barat. Pada wilayah itu terdapat lokasi yang merupakan padang rumput datar, sesuai dengan kebutuhan sapi.

"Supply sapinya nantinya akan didatangkan dari Australia. Infrastruktur tidak akan menjadi kendala, karena untuk berinvestasi di sektor peternakan sapi, infratruktur yang minim tidak menjadi kendala," ujar dia.

Untuk sektor ini, dukungan pasokan listrik akan didapatkan dari generator. Sedangkan air terdapat secara alami di lokasi tersebut.

"Perusahaan ini menyampaikan bahwa kehadiran peternakan sapi tersebut akan berdampak positif terhadap supply sapi potong di Indonesia," ujar Himawan.

Sebagai informasi, data BKPM mencatat pada periode 2010-2015 realisasi investasi dari Selandia Baru sebesar US$ 38,2 juta. Dari jumlah tersebut 77 persen terealisasi di industri makan.

Sementara dari sisi komitmen investasi tercatat sebesar US$ 124,3 juta dengan sektor-sektor yang mendominasi adalah industri makanan, industri kimia, infrastruktur dan pariwisata. (Dny/Ahm)