Sukses

PLN Percepat Realisasi Pembangunan Proyek Listrik 35 Ribu MW

PLN mencatatkan proyek pembangkit listrik 35 ribu sekitar 34,4 persen dalam tahap perencanaan hingga kuartal I 2016.

Liputan6.com, Jakarta - Program pembangunan pembangkit listrik 35 ribu megawatt (MW) menjadi fokus PT PLN (Persero) untuk mencapai salah satu sasaran nawacita, yaitu mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis khususnya kedaulatan energi. Ini menjadi fokus PLN sejak diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 4 Mei 2015 di Bantul, Jawa Tengah.

Manajer Senior Public Relations PLN Agung Murdifi mengatakan, sesuai dengan komitmen tersebut, PLN saat ini berada dalam jalur percepatan untuk realisasi program 35 ribu MW adapun rencana yang telah disusun oleh PLN dalam kurun waktu 5 tahun yaitu 2014-2019.

"Program-program tersebut antara lain membangun 109 pembangkit, masing-masing terdiri dari 35 proyek oleh PLN dengan total kapasitas 10.681 ‎MW dan 74 Proyek oleh swasta atau dengan skema Independent Power Producer (IPP) berkapasitas total 25.904 MW," ujar dia di Jakarta, Minggu (8/5/2016).

Hingga kuartal I 2016, lanjut Agung, sebanyak 12.226,8 MW atau 34,4 persen sedang tahap perencanaan. Kemudian sebanyak 8.377,7 MW atau 23,6 persen sedang dalam tahap pengadaan. Selain itu, PLN juga telah melakukan banyak penandatanganan kontrak jual beli.

"PLN telah melakukan kontrak jual beli/Power Purchase Agreement (PPA) sebesar 10.941 MW‎ ‎atau 30,8 persen," kata dia.
Sementara itu, untuk progres konstruksi sudah mencapai 3.862 MW‎ ‎atau 10,9 persen meliputi pembangunan pembangkit, transmisi dan Gardu Induk.

Dari 35 ribu MW tersebut, sebesar 397 MW pembangkit telah berhasil beroperasi dan masuk sistem kelistrikan. Salah satunya yaitu Pembangkit LIstrik Tenaga Gas (PLTG) Gorontalo yang telah mampu beroperasi maksimal dan mengatasi defisit listrik di Gorontalo.

"Pembangunan PLTG Gorontalo ini relatif cepat, sejak dibangun pada September 2015, pembangkit berkapasitas 100 MW ini telah mampu beroperasi dan menambah keandalan listrik sistem Sulawesi Utara dan Gorontalo," ujar dia.

Meski demikian, Agung mengaku optimistis sebagian besar pembangkit listrik yang masuk dalam mega proyek 35 ribu MW ini akan bisa beroperasi di 2019.

"Perlu diketahui, membangun pembangkit itu membutuhkan waktu yang lama, misalnya pembangkit berbahan bakar batu bara (PLTU) atau PLTG. Bisa dibayangkan untuk membangun konstruksinya saja, satu pembangkit butuh waktu sekitar 36 bulan hingga 48 bulan. Kalau Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) bisa lebih lama lagi. Meski membutuhkan waktu lama, namun kami akan bekerja keras untuk memenuhi target agar setiap tahun ada pembangkit yang sudah beroperasi," ujar Agung.

Berikut target pengoperasian proyek pembangkit listrik 35 ribu MW ‎pada periode ‎2015-2019:

- 2015: 1 pembangkit listrik, total kapasitas 3 MW.
- 2016: 38 pembangkit listrik, total kapasitas 2.414,50 MW.
- 2017: 106 pembangkit listrik, total kapasitas 5.576,9 MW.
- 2018: 86 pembangkit listrik, total kapasitas 8.446,9 MW.
- 2019: 80 pembangkit listrik, total kapasitas 19.117,4 MW.

Sedangkan pencapaian proyek 35 ribu MW hingga kuartal I 2016 sebagai berikut :
- Tahap perencanaan: 12.226,8 MW (34,4 persen).
- Tahap Pengadaan: 8.377,7 MW (23,6 persen).
- Tahap PPA dan Proses Financial Close: 10.941,07 MW (30,8 persen).
- Tahap construction dan commisioning: 3.862,45 MW (10,9 persen).
- Tahap pengoperasian (Commercial Operations Date/COD): 397 MW.

 

(Dny/Ahm)