Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan asal Korea Selatan (Korsel) saat ini dalam proses konstruksi untuk merealisasikan investasinya di sektor tekstil dan sepatu senilai US$ 120 juta atau sekitar Rp 1,59 triliun (asumsi kurs Rp 13.278 per dolar Amerika Serikat).Â
Berdasarkan laporan yang diterima Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), perusahaan menargetkan dapat melakukan tahap produksi komersial pada September 2016.
Kepala BKPM Franky Sibarani menyambut baik proses realisasi investasi yang dilakukan perusahaan karena dapat memberi kontribusi dalam hal penyerapan tenaga kerja di lokasi investasinya, Jepara, Jawa Tengah.
Advertisement
"Salah satu perusahaan yang sedang dalam tahap konstruksi, yang berlokasi di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, diperkirakan akan produksi komersial awal September 2016. Perusahaan ini akan menyerap lebih dari 20.000 tenaga kerja dengan rencana investasi sebesar US$ 120 juta. Dengan penciptaan lapangan kerja tersebut dapat membantu target pemerintah untuk menciptakan 2 juta lapangan kerja tahun ini," ujar dia dalam keterangan resmi kepada media, Rabu (11/5/2016).
Baca Juga
Franky menambahkan BKPM telah membantu dan memfasilitasi proses investasi ini melalui koordinasi dengan Pemprov Jawa Tengah, Pemkab Jepara serta PT PLN terkait dengan distribusi pasokan listrik.
"Salah satu concern utama perusahaan adalah terkait ketersediaan listrik yang berkelanjutan, tanpa listrik mereka akan sulit mengoptimalkan kapasitas produksi mereka," lanjutnya.
Franky menuturkan dengan suksesnya investor membuka pabrik di Jawa Tengah, nantinya diharapkan akan diikuti perusahaan dari Korea Selatan lainnya yang akan melakukan ekspansi pabrik mereka ke Jawa Tengah. Â
Kepala Perwakilan BKPM di Korea Selatan Imam Soejoedi menyampaikan banyak perusahaan Korsel di bidang industri padat karya yang menanyakan lokasi prospektif untuk relokasi pabrik mereka.
"Beberapa pertanyaan yang paling sering diajukan adalah mengenai ketersediaan tenaga kerja, sering tidaknya demo buruh di daerah tersebut, ketersediaan infrastruktur serta UMR dan UMK," ujar dia.
Imam menilai meskipun beberapa perusahaan Korsel sudah memiliki pabrik di Indonesia namun keputusan perluasan/ekspansi investasi masih diputuskan di kantor pusatnya di Korea Selatan.
"Kami sebagai perwakilan BKPM terus berkordinasi dengan KBRI Seoul untuk menjalin komunikasi intensif dengan perusahaan tersebut," ujar Imam.
Investor Korea Selatan termasuk yang aktif melakukan penanaman modal di Indonesia. Dari data BKPM, untuk periode kuartal I 2016, Korea Selatan berada di peringkat keenam dari daftar asal investasi ke Indonesia dengan nilai investasi mencapai US$ 188 juta terdiri dari 435 proyek dan menyerap 28.349 tenaga kerja.
Investasi yang masuk dari Korea Selatan tahun lalu mencapai US$ 1,2 miliar tumbuh sebesar 7,6 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Sejak 2010-2015 nilai investasi yang masuk dari Korea Selatan mencapai angka US$ 8 miliar. Dalam periode tersebut sektor yang masuk didominasi oleh sektor industri logam mencapai 45 persen.
Tujuan Investasi Favorit
Jawa Tengah Tujuan Investasi Favorit Sektor Tekstil
Franky Sibarani juga menyampaikan Jawa Tengah saat ini menjadi tujuan investasi favorit untuk sektor padat karya, khususnya tekstil.
Dia merujuk kepada data BKPM di mana realisasi investasi sektor tekstil di Jawa Tengah merupakan yang tertinggi di Indonesia pada kuartal I 2016.
BKPM mencatat realisasi investasi sektor tekstil di Jawa Tengah mencapai Rp 2,1 triliun atau sekitar 57,5 persen, dan menyerap 23.893 tenaga kerja. Berikutnya Jawa Barat Rp 910 miliar dan menyerap 10.603 tenaga kerja, serta Banten Rp 529 miliar dan menyerap 1.137 tenaga kerja.
Jawa Tengah melanjutkan tren tahun 2015 sebagai wilayah dengan realisasi investasi tertinggi untuk sektor tekstil. BKPM mencatat realisasi investasi sektor tekstil di Jawa Tengah mencapai Rp 4,6 triliun dan menyerap 79.131 tenaga kerja. Angka ini mengungguli Jawa Barat dengan realisasi investasi tekstil sebesar Rp 2,8 triliun dan menyerap 44.617 tenaga kerja. (Yas/Ahm)
Advertisement