Liputan6.com, Jakarta - PT Pos Indonesia (Persero) menargetkan pendapatan sebesar Rp 80 triliun pada 2021. Untuk mencapai target tersebut, Pos Indonesia akan fokus mengembangkan lini bisnis logistik.
Direktur Utama PT Pos Indonesia Gilarsi Wahyu Setijono mengatakan, bila melihat pendapatan yang didapat Pos Indonesia selama ini, target tersebut memang terbilang tidak masuk akal. Namun demikian, bukan tidak mungkin target ini bisa dicapai dalam 5 tahun.
Baca Juga
"Memang tidak realistis sama sekali. Tidak ada perusahaan sedemikian membuat targetnya," ujar dia di Jakarta, Rabu (11/5/2016).
Advertisement
Dia menjelaskan, selama ini infrastruktur yang dimiliki oleh Pos Indonesia lebih besar untuk lini bisnis pengiriman surat. Padahal, dengan perkembangan zaman yang ada saat ini, pengiriman surat sudah ditinggalkan oleh masyarakat.
Baca Juga
Dengan perkembangan e-commerce, lanjut Gilarsi, maka bisnis yang paling potensial digarap oleh Pos yaitu pengiriman paket dan logistik. Hal ini yang akan menjadi fokus dari perusahaan BUMN ini.
"Selama ini pos itu identik surat, basisnya dokumen. Sekarang mana ada yang kirim surat, kalau kirim paket iya. Surat sudah tergantikan dengan email dan lain-lain. Tapi sad story-nya pos itu punya infrastruktur untuk surat, kalau di bawah 2 kg disebut surat," kata dia.
Untuk mengembangkan bisnis logistik ini, lanjut Gilarsi, maka ada beberapa penambahan infrastruktur yang harus dilakukan oleh Pos Indonesia, salah satunya yaitu menambah kapasitas gudang sebagai tempat penyimpanan.
‎
"Kita butuh gudang 30 ribu meter persegi untuk ngurusin 250 juta market tidak memadai. Saat kita sadar harus bangun kita butuh modal. Dalam 3 tahun-4 tahun ke depan total size kita harus 500 ribu meter persegi atau 50 ha seluruh Indonesia," ungkap dia.
Selain itu, untuk mencapai target tersebut, PT Pos Indonesia juga diperkirakan butuh modal antara US$ 250 juta-US$ 300 juta. Namun kebutuhan dana tersebut sebesar itu bisa dikurangi melalui sinergi dengan BUMN lain.
"Yang kita butuhkan bukan prime area, tapi kita butuh prime access. Kita ingin tukaran aset dengan BUMN lain.‎ Capital yang dibutuhkan US$ 250 juta-US$ 300 juta untuk 3 tahun-4 tahun. Bisa sampai di sana dengan modal yang cekak. Yang kita usahakan bagaimana bisa survive dengan memanfaatkan sinergi, seperti dengan Garuda Indonesia, KAI, Pelindo, Pelni, Angkasa Pura Bulog, Telkom," tutur dia. (Dny/Ahm)