Sukses

Kisah Bos PT Pos Sulap 'Rumah Genderuwo' Jadi Kantor yang Nyaman

dulu kondisi ruang kerja di kantor-kantor Pos sangat tidak manusiawi karena berantakan dan kotor

Liputan6.com, Jakarta - Sejak menjabat sebagai Direktur Utama PT Pos Indonesia (Persero), Gilarsi Wahyu Setijono melakukan perombakan besar-besaran pada perusahaan plat merah tersebut. Salah satunya dengan membenahi kondisi ruang kerja kantor pelayanannya.

Gilarsi mengungkapkan, dulu kondisi ruang kerja di kantor-kantor Pos sangat tidak manusiawi karena berantakan dan kotor. Bahkan dia menyebut ruang kerja di kantor pos sebagai sarang genderuwo.

"Dulu dibilang tempat kerja Pos Indonesia itu rumah genderuwo, ini bukan tempat kerjanya manusia saya bilang. Jadi bagaimana kita bisa jadikan kantor Pos Indonesia sebagai tempat bekerja yang menyenangkan," ujar dia di Jakarta, Rabu (11/5/2016).

Dia menjelaskan, saat ini total karyawan Pos Indonesia mencapai 30 ribu orang dengan jam kerja rata-rata 8 jam setiap harinya. Dengan jumlah pekerja sebanyak itu, harusnya Pos memiliki potensi yang sangat besar untuk maju.

"Jadi prioritas kami bagaimana menjadikan tempat kerja kita sebagai tempat yang menyenangkan. Kalau kita tidak bisa buat tempat kerja yang menyenangkan untuk mereka, ya kita waste of talent (menyia-nyiakan bakat)," kata dia.

Salah satu kantor pos yang berhasil dilakukan pembenahan yaitu kantor Pos Indonesia Cabang Surabaya Regional 8. Proses pembenahan itu dipimpin Kepala Kantor Pos Jakarta Regional 4 Samsul Nasution, yang sebelumnya memimpin kantor cabang tersebut.

Dia bercerita, saat masih dalam kondisi berantakan, para karyawan kantor Pos Indonesia Cabang Surabaya 8 merasa malu berkantor di sana. "Dulu ada program Murid TK datang berkunjung, tapi mereka menolak mentah-mentah katanya malu," ungkap dia.

Namun secara perlahan Samsul berupaya untuk menumbuhkan rasa memiliki para karyawan terhadap kantor tempatnya bekerja. Sehingga dengan sendirinya karyawan-karyawan tersebut melakukan pembenahan pada kantornya.

"Mereka yang cat sendiri, peralatan yang sudah rusak mereka benahi sendiri. Sekarang bukan hanya anak TK yang berkunjung, tapi ada wisatawan mancanegara. Mereka minta tempat kerja mereka dikunjungi, mereka jadi bangga dengan tempat kerja mereka," tandas dia.