Liputan6.com, Jakarta - Industri penerbangan nasional maupun dunia tengah menikmati berkah dari anjloknya harga minyak dunia, termasuk bahan bakar avtur. Ini kesempatan baik bagi maskapai penerbangan nasional untuk bangkit dan mendulang keuntungan.
Mantan Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk, Emirsyah Satar saat menerima penghargaan dari BUMN Track mengungkapkan, kini waktunya industri penerbangan nasional bangkit dari keterpurukan. Faktor penyelamatnya karena kejatuhan harga minyak dunia, termasuk avtur.
"Industri penerbangan sekarang ini bisa lebih produktif dan profit karena harga fuel sedang turun. Komponen utama penerbangan kan avtur, hampir 45 persen dari total biaya operasi kita. Ini kesempatan baik bagi airline bisa memupuk keuntungan," jelasnya di Gedung Sampoerna Strategic, Jakarta, Kamis (12/5/2016).
Baca Juga
Lanjut Chairman Mataharimall.com ini, keuntungan serupa juga dirasakan maskapai penerbangan asing karena kondisi ini berbeda dengan dua tahun sebelumnya. Di mana biaya operasional maskapai penerbangan membengkak akibat harga minyak dunia yang menyentuh US$ 120 per barel.
"Ini kesempatan bagi airline bangkit, karena maskapai di negara lain juga lagi untung besar-besaran dibanding dua tahun lalu saat harga minyak dunia US$ 120 per barel. Prediksinya harga minyak masih akan rendah sampai 18 bulan ke depan, dan kalaupun naik paling US$ 60 per barel," terang Emirsyah.
Keuntungan tersebut, katanya, bisa digunakan maskapai penerbangan untuk menambah modal internal. Alasannya, Emirsyah bilang, bisnis penerbangan membutuhkan modal besar. Sementara saat ini, banyak maskapai penerbangan yang tercatat memiliki ekuitas negatif.
"Keuntungan bisa jadi modal internal. Dan pemilik airline memang punya kewajiban menyetor modal kalau kurang sesuai dengan aturan pemerintah. Karena industri penerbangan adalah bisnis yang butuh modal besar," Emirsyah menuturkan.
Bagusnya lagi, dia mengatakan, jumlah penumpang pesawat masih sangat baik walaupun terjadi perlambatan ekonomi. Jumlah kunjungan turis ke Indonesia maupun sebaliknya cukup banyak, bahkan mengalami peningkatan.
"Meskipun pertumbuhan ekonomi melambat, penerbangan masih meningkat, airline asing tetap menambah rute. Itu artinya Indonesia masih bagus. Orang Indonesia yang plesiran ke Jepang saja meningkat sampai 30 persen. Ini bisnis lagi bagus," ucap Emirsyah.Â