Liputan6.com, Jakarta - Banyak orang berkata traveling adalah makanan bagi jiwa. Saat stres, traveling merupakan obat mujarab untuk menyegarkan pikiran. Itu manfaat secara psikologi, namun bagaimana dari sisi kesehatan?
Penelitian terbaru menunjukkan liburan tahunan dapat mengurangi risiko penyakit jantung, meningkatkan libido, dan bahkan memperpanjang umur.
Baca Juga
Jangan sia-siakan momen long weekend dengan hanya tidur di rumah sepanjang hari. Pergilah berlibur dan rasakan manfaat dari liburan seperti dikutip dari www.cekaja.com, Minggu (15/5/2016)
Advertisement
1. Traveling mencegah dimensia dan alzheimer
Studi yang dilakukan oleh Transamerica Center for Retirement, the U.S. Travel Association, dan Global Commission on Aging di akhir 2015 lalu mengungkap traveling dan mengurangi risiko penyakit alzheimer dan demensia secara signifikan terutama pada orang lanjut usia.
Baca Juga
Traveling memaksa otak beradaptasi dengan lingkungan baru, cuaca, aroma, dan suara. Pengalaman baru ini memubat otak membentuk banyak koneksi sinapsis sehingga ingatan pun makin tajam. Makin sering traveling, semakin banyak pula koneksi sinapis yang terbentuk.
Alzheimer dikenal merusak sinapsis. Namun jika Anda punya otak sehat dengan formasi koneksi sinapsis kuat dan korteks tebal (yang terbentuk oleh culture shock saat traveling), efek dari alzheimer bisa dikurangi bahkan dihentikan.
2. Travelling mencegah penyakit jantung
Berdasarkan penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, pria yang tidak melakukan liburan tahunan rupanya berisiko 20 persen  lebih tinggi terkena penyakit mematikan dan berisiko 30 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit jantung.
Wanita juga diteliti dan hasilnya menunjukkan wanita yang traveling kurang dari sekali dalam enam tahun sangat berisiko terkena serangan jantung daripada wanita yang traveling dua kali dalam setahun.
Studi lain yang dilakukan oleh Framingham Heart mengetes wanita berusia antara 45-64. Mereka kemudian ditanya seberapa sering traveling dalam setahun.
20 tahun kemudian, para peneliti kembali mempelajari para wanita tersebut. Peneliti kemudian menemukan jika mereka yang lebih sering traveling memiliki risiko terkena penyakit jantung lebih kecil.
Hasil penelitian juga menunjukkan traveling menjaga tekanan darah tetap stabil dan kesehatan secara keseluruhan.
Tingkatkan Kreativitas
3.Traveling meningkatkan kreativitas
Sekarang Anda telah paham bagaimana traveling mampu membangun sinapsis dalam otak sehingga risiko penyakit mental seperti alzheimer dan demensia dapat dicegah. Tak hanya itu, traveling juga melatih otak untuk berpikir lebih kreatif.
Adam Galinsky, profesor dari Columbia Business School sekaligus peneliti menjelaskan, pengalaman asing maupun baru meningkatkan kemampuan fleksibilitas kognitif dan kedalaman pikiran.
Studi terbaru yang dilakukan Galinsky pada Februari 2015 menunjukkan jika semakin banyak penduduk suatu negara yang memiliki kebiasaan traveling, semakin kreatif penduduk tersebut.
Galinsky juga menekankan jika kunci dari stimulasi mental melalui traveling adalah keterlibatan dan adaptasi. Seseorang yang hidup di negara lain dan secara aktif mempelajari kebudayaan negara tersebut memiliki kreativitas lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang hanya bersantai di pantai.
"Pergi ke pantai saja tidak akan membuatmu kreatif. Tapi pergi ke pantai dan tinggal dengan nelayan setempat bisa membuatmu menjadi sosok yang lebih kreatif," ujar dia.
4. Traveling membuat Anda lebih produktif
Traveling saat Anda sedang stres, tertekan, dan bosan dengan pekerjaan. Penelitian membuktikan, orang yang melakukan kurang dari tiga liburan per tahun sulit untuk mencapai target dalam pekerjaan.
Berdasarkan studi yang dilakukan terhadap 971 pekerja di Amerika Serikat oleh U.S. Travel Association pada Oktober 2013, orang yang tidak memanfaatkan cuti untuk liburan ternyata memiliki produktivitas dan moral rendah, dan masalah kesehatan.
Sayangnya, studi yang sama menunjukkan 34 persen pekerja mengaku tidak didukung untuk mengambil cuti oleh atasan mereka. Selain itu 17 persen manajer yang disurvei menganggap karyawan yang mengambil cuti untuk traveling sebagai karyawan yang kurang berdedikasi.
Jika dibandingkan dengan Eropa, negara-negara Asia cenderung pelit cuti. Di Eropa, jatah cuti wajib rata-rata mencapai 20 hari dalam setahun. Di Prancis bahkan 25 hari, dan Finlandia mencapai 38 hari.
Banyaknya cuti terkesan membuat mereka malas, namun kenyataannya justru meningkatkan produktivitas.
Advertisement
Kurangi Stres
5. Mengurangi stres dan meningkatkan bahagia
Kita semua tahu jika stres merupakan bibit dari segala penyakit. Dengan melakukan liburan tahunan, Anda dapat menghilangkan stres dan ketegangan sehari-hari . Pikiranmu kembali segar dan siap kembali bekerja.
Studi yang dilakukan oleh Global Commission on Aging, the Transamerica Center for Retirement, dan the U.S. Travel Association, mengungkap sembilan dari 10 orang menunjukkan level stres mereka berkurang hanya dengan melakukan satu atau dua hari liburan.
Selain itu, hampir 90 persen dari orang-orang yang dites juga menunjukkan perubahan positif dalam memandang masalah dalam hidup.
Studi lain yang dilakukan San Francisco State University juga mengungkap seseorang lebih bahagia ketika menghabiskan uang untuk traveling dari pada hal-hal yang bersifat materi.
Meskipun kebanyakan orang berpikir membelanjakan uang untuk barang mewah membawa kebahagiaan, tapi mayoritas responden merasa jika membelanjakan uang untuk sebuah pengalaman berharga dalam hidup membuat mereka lebih bahagia daripada membeli benda mewah. Ini karena traveling akan menjadi kenangan seumur hidup.
Siapa yang tidak mau menjadi lebih sehat dan bahagia? Terbukti jika traveling merupakan obat untuk banyak penyakit fisik dan jiwa. Lewat traveling, wawasan Anda jadi luas, pengalaman semakin banyak, dan umur juga jadi lebih panjang. (Ahm/Ndw)
Tunggu apalagi? Siapkan koper atau ranselmu dan jelajahi dunia! Jangan lupa bekali diri dengan asuransi perjalanan ya supaya liburan Anda bebas dari rasa khawatir. (Ahm/Ndw)