Liputan6.com, Jakarta - Indonesia National Shipowner's Association/INSA menyatakan industri pelayaran nasional sedang mengalami tantangan yang berat pada tahun-tahun ini. Industri pelayaran dihadapkan pada masalah perlambatan ekonomi China dan penurunan harga minyak dunia.
Ketua Umum INSA Carmelia Hartoto ‎mengatakan, perlambatan ekonomi China memberi tamparan pada industri pelayaran nasional. Lantaran, sebagian besar perdagangan Indonesia terkait dengan China. Dia bilang, ekonomi China melambat mempengaruhi distribusi barang ke negara tirai bambu tersebut.
Baca Juga
"Pertumbuhan ekonomi China salah satu (pendorong) pertumbuhan dunia pelayaran," kata dia dalam Rapat Kerja Nasional 2016 INSA yang digelar di Hotel Double Tree Cikini, Jakarta, Senin (16/5/2016).
Advertisement
Tantangan semakin berat, terlebih kata dia, sejumlah ekonom meramal pertumbuhan ekonomi China di level 6,5 persen pada tahun. Hal ‎tersebut bakal menggerus bisnis industri pelayaran nasional.
Â
Baca Juga
Dia mengatakan, tekanan juga terlihat dari melemahnya harga minyak dunia. Harga minyak dunia sendiri menjadi indikator pertumbuhan ekonomi global. "‎Minyak dunia terendah dalam sejarah, ekonom memperkirakan akan turun," tambah dia.
Sayangnya, Carmelia melanjutkan tantangan tidak hanya dari global namun juga dari dalam negeri. Dia mengatakan tantangan industri pelayaran dalam negeri antara lain ialah kurangnya pelabuhan, regulasi, serta adanya pungutan liar yang membuat industri pelayaran sulit berkembang.
Dia berharap, dengan Rapat Kerja Nasional 2016 menjadi jalan tengah pelaku industri pelayaran‎ untuk mencari solusi atas masalah-masalah tersebut. Di sisi lain, pihaknya memberi apreasi kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang berniat menjadikan laut sebagai tulang punggung ekonomi nasional dengan memperbaiki segala permasalahan di regulasi.
"Karenanya INSA mengapresiasi pemerintah mengedepankan ekonomi berbasis maritim mendorong pertumbuhan baru," tutur dia. (Amd/Ahm)