Sukses

Harga Emas Menguat Imbas Laju Dolar AS Mendatar

Dolar AS cenderung mendatar dan harga minyak menguat membantu penguatan harga emas.

Liputan6.com, Chicago - Harga emas naik tipis seiring dolar Amerika Serikat (AS) cenderung bergerak mendatar pada awal pekan ini. Hal itu membuat harga logam menjadi menarik.

Selain itu, pada pekan lalu, harga emas mencatatkan penurunan pertama kali secara mingguan. Data ritel penjualan menguat secara bulanan mendorong harapan kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS)/suku bunga the Fed. Sentimen itu juga menekan harga emas dan dolar AS.

Namun di awal pekan ini, harga emas menguat. Pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), harga emas untuk pengiriman Juni naik US$ 1,5 atau 0,1 persen ke level US$ 1.274,20 per ounce. Pada pekan lalu, harga emas melemah 1,7 persen. Sementara itu, harga perak mendaki 0,1 persen ke level US$ 17.154 per ounce.

"Harapan masih jauh lebih rendah untuk setiap reaksi terhadap kenaikan suku bunga bank sentral AS. Meski pun data ritel penjualan pada Jumat pekan lalu menguat," tutur Naeem Aslam Analis ThinkForex seperti dikutip dari laman Marketwatch, Selasa (17/5/2016).

Ia menuturkan, kredibilitas bank sentral merupakan fokus pelaku pasar. Kini bank sentral Eropa dan Jepang konsisten berupaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal itu mengingat realisasi target yang masih jauh. Sedangkan keputusan bank sentral dapat mempengaruhi harga emas.

Indeks dolar AS juga cenderung stabil. Akan tetapi, dolar AS terhadap yen lebih tinggi. Bursa saham AS pun menguat didorong sektor saham energi setelah Goldman Sachs berbalik optimistis terhadap harga minyak. Ada potensi pasokan minyak defisit.

"Hal ini menjadi masuk meski masih awal kalau para pelaku usaha mengantisipasi inflasi lebih tinggi lantaran harga energi menguat," ujar Direktur Kitco Peter Hug.

Namun sisi lain, kenaikan suku bunga bank sentral AS dapat memberikan sentimen negatif untuk emas. Hug menilai, kalau bank sentral AS akan hati-hati menaikka suku bunga mengingat target inflasi belum cukup untuk mendukung kenaikan suku bunga bank sentral AS. (Ahm/Ndw)