Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengaku tidak terlalu khawatir terjadinya kenaikan kredit bermasalah (Nett Performing Loan/NPL) pada perbankan nasional. Adapun kredit macet bank pada kuartal I 2016 meningkat 0,1 persen menjadi 2,8 persen dibandingkan periode yang sama di 2015.
Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad menilai kondisi yang terjadi di kuartal I 2016 ini merupakan hal wajar pada industri perbankan. Baginya, tingginya NPL menjadi bagian dari dampak perlambatan ekonomi di 2015.
"Saya kok tidak terlalu khawatir. Pertama, masih jauh di bawah 5 persen. Kedua, peningkatan itu karena faktor pembaginya yang mengalami penurunan, artinya pertumbuhan kredit yang mengalami penurunan, karena demand relatif menurun di kuartal I," kata Muliaman di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Selasa (17/5/2016).
Seiring dengan rilisnya beberapa paket kebijakan ekonomi oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) demi meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, Muliaman meyakini akan berdampak pada NPL yang bisa terus membaik hingga akhir tahun.
Baca Juga
Dia menjelaskan, perbaikan NPL dipicu dengan meningkatnya penyaluran kredit di kuartal II, III dan ke IV tahun ini. Secara tahunan, penyaluran kredit mulai tumbuh di kuartal II.
"Karena di kuartal I siklusnya memang seperti itu. Kita lihat, makanya di triwulan II menjadi penting," dia menjelaskan.
Selain pertumbuhan ekonomi di kuartal II yang menjadi penentu laju NPL hingga akhir tahun, perubahan Rencana Bisnis Bank (RBB) yang akan dilakukan perbankan pada kuartal II juga akan menjadi penentu proyeksi NPL sepanjang 2016‎.
Menurut Muliaman, perbankan di Indonesia sudah mengantisipasi kenaikan NPL itu dengan meningkatkan dana cadangan. Hal ini yang menjadi penyebab kenapa laba-laba perbankan di awal 2016 juga menurun jika dibandingkan tahun lalu.
Untuk itu, Muliaman lebih meminta kepada perbankan untuk meningkatkan kualitas asetn‎ya. Peningkatan kualitas aset ini sangat penting untuk meningkatkan daya tahan perbankan dalam menghadapi gejolak yang ada. (Yas/nrm)