Sukses

Aman dari Gempa, Daerah Ini Cocok Jadi Lokasi PLTN Thorium?

Pembangunan PLTN thorium belum diwacanakan negara ASEAN lain, kecuali Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia berencana membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) berbasis unsur thorium atau nuklir hijau. Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) bersama investor sedang mencari lokasi yang aman guna merealisasikan proyek besar tersebut.

Sebenarnya daerah mana saja di Indonesia yang bebas dari gempa bumi maupun badai angin tornado sehingga dapat dibidik sebagai titik tepat membangun PLTN non uranium?

Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), B. Wisnu Widjaja mengatakan, daerah di Indonesia yang rawan gempa bumi berada di sepanjang Sumatera Bagian Barat, kemudian berlanjut ke Jawa Bagian Selatan, Nusa Tenggara dan berbelok ke arah Utara yakni Maluku.

"Nah kalau nuklir kan kaitannya dengan gempa bumi. Jadi perlu lokasi yang katakanlah aman dari ancaman tersebut," kata Wisnu saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, seperti ditulis Kamis (19/5/2016).

Dia menyebut, daerah-daerah di Tanah Air yang aman terhadap lindu alias gempa berada di wilayah Bangka Belitung, seluruh wilayah Kalimantan kecuali di Kalimantan Timur ke Utara, serta Sulawesi Selatan (Sulsel).

"Kalimantan itu aman semua dari gempa apalagi ke Bagian Barat. Kecuali di Kalimantan Timur ke Utara, itu ada patahan atau tunjaman aktif di antara Selat Sulawesi," terangnya.

Bangka Belitung, diakui Wisnu, sangat aman dari  gempa. Namun ada ancaman lain yang menghantui, yakni masalah banjir serta angin puting beliung di daerah tersebut. Beruntung, katanya, tidak pernah ada angin atau badai tornado di Indonesia.

"Angin tornado tidak pernah ada di Indonesia karena secara alamiah di Indonesia tidak akan pernah ada badai tornado yang kecepatannya 120 kilometer per jam menyentuh daerah Khatulistiwa," Wisnu menjelaskan.

Meski demikian, dia enggan menyimpulkan bahwa daerah-daerah tersebut sangat cocok sebagai lokasi pembangunan PLTN torium di Indonesia. Pasalnya banyak faktor yang mempengaruhi sebuah bencana dapat terjadi, salah satunya akibat kesalahan manusia.

"Saya tidak bisa mengatakan bisa atau tidak (dibangun PLTN). Karena perilaku manusia bisa menjadi penyebab bencana. Jadi pemerintah perlu melakukan kajian lebih detail jika betul-betul ingin merealisasikan PLTN thorium, termasuk dari aspek manusia atau sosialnya, jangan sampai ada kecerobohan yang justru berdampak besar," dia memaparkan.

Seperti diberitakan sebelumnya, Anggota Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) untuk Pokja Energi Zulnahar Usman mengungkapkan, pihaknya telah mempresentasikan arah kebijakan energi ke depan dengan membangun pembangkit listrik berbahan bakar thorium kepada Presiden Joko Widodo. Sebuah energi nuklir yang mengandung unsur reaktif lebih aman dibanding uranium.

"Sudah dipresentasikan ke Presiden. Presiden sudah  mempelajarinya beberapa kali dan dianggap bagus, juga bisa dilaksanakan. KEIN akan terus mengawalnya melalui Pokja Energi dan Sumber Daya Mineral mendukung penggunaan energi alternatif thorium," jelas Zulnahar.

Dia mengungkapkan, sudah ada investor yang berminat membangun pembangkit nuklir thorium di Indonesia. Walaupun masih menutup identitasnya, Zulnahar menyebut, donator PLTN thorium berasal dari dalam dan luar negeri.

Saat ini, KEIN dan investor tersebut masih terlibat dalam negosiasi dan mencari lokasi yang cocok untuk membangun reaktor nuklir thorium. Sebelumnya, Kalimantan dan Bangka Belitung disebut-sebut menjadi lokasi paling aman untuk membangun PLTN.

"Sudah ada donaturnya dari dalam dan luar negeri, tapi nanti kalau sudah final, kita akan beri tahu," ujarnya.

Menurut dia pembangunan PLTN thorium belum diwacanakan negara ASEAN lain, kecuali Indonesia. Sekarang ini, baru China dan Amerika Serikat (AS) yang sedang sibuk membangun nuklir hijau itu.

"China siap mengoperasikan nuklir thorium 2022, AS pada 2025 tapi dia bangun di Afrika. Nah kita bisa mendirikan nuklir thorium antara 2022-2025. Negara ASEAN belum mengarah ke sana, baru Indonesia. Jadi ada prioritas kita ke pembangkit nuklir torium tapi setelah periode lima tahun ini," kata Zulnahar.

Dengan rencana besar tersebut, Indonesia akan memiliki tambahan kapasitas listrik seiring maraknya pembangunan industri di Tanah Air. Operasional industri tentu harus didukung energi  listrik yang memadai, termasuk meningkatkan rasio elektrifikasi di Indonesia yang saat ini masih di bawah Malaysia dan Singapura.  

"Karena rencananya mau bangun nuklir torium berkapasitas 500 Mw untuk satu reaktor. Nah tidak bisa bangun satu reaktor saja. Jika nuklir hijau berjalan, maka dampaknya luar biasa sekali buat memasok listrik ke rumah, industri, seperti pabrik, dan lainnya," tandas Zulnahar.(Fik/Nrm)