Liputan6.com, Jakarta - Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia hanya menempati urutan ke-5 dalam konsumsi pakaian muslim di dunia. Bahkan Indonesia kalah jika dibandingkan Nigeria yang berada di posisi ke-3.
Plt Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Tjahya Widayanti mengatakan, dari total penduduk Indonesia sebesar 255 juta jiwa, porsi umat muslim mencapai 87,2 persen. Porsi ini mengalami penurunan dibandingkan dengan periode 1990 yang mencapai 90 persen.
"Indonesia punya potensi produk fashion dan juga punya pasar yang besar. Kita juga punya potensi ekspor produk fashion muslim yang besar ke luar negeri. Ini untuk meningkatkan ekspor nonmigas kita," ‎ujar dia di Jakarta, Kamis (19/5/2016).
Tjahya mengungkapkan, berdasarkan data Thomson Reuters dalam State of the Global Islamic Economy 2015, nilai belanja yang dikeluarkan masyarakat muslim di seluruh dunia mencapai US$ 23 miliar untuk produk pakaian dan sepatu.
Baca Juga
Jumlah tersebut merupakan 11 persen dari total belanja pakaian penduduk dunia dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 3,8 persen per tahun.
"Jumlah tersebut diperkirakan akan melonjak hingga US$ 322 miliar pada 2019, atau mencapai 11,5 persen dari total belanja global," kata dia.
Dari total nilai belanja tersebut, lanjut Tjahya, Indonesia menempati posisi ke-5‎ sebagai negara konsumen pakaian muslim terbesar dengan nilai US$ 12,69 miliar.
Urutan pertama ditempati Turki dengan nilai US$ 24,84 miliar, Uni Emirat Arab US$ 18,24 miliar, Nigeri US$ 14,99 miliar dan Arab Saudi US$ 14,73 miliar. Sedangkan ‎di bawah Indonesia ada Rusia dengan US$ 10,92 miliar, Mesir US$ 10,72 miliar dan Pakistan US$ 10,52 miliar.
"Data tersebut menunjukkan pentingnya pengembangan bisnis fashion muslim di Indonesia agar menjadi acuan industri mode muslim dunia. Di tengah persaingan pasar global, para pelaku industri mode busana muslim harus memiliki fondasi industri dari hulu ke hilir yang unggul," ujar dia. (Dny/Ahm)