Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan kereta api Rusia, Russian Railways (RZD) telah melakukan studi untuk membangun kereta api di Kalimantan. Awalnya, kereta api yang dibangun adalah kereta pengangkut batu bara. Namun, harga komoditas tersebut kian anjlok dan tidak menguntungkan. Oleh karena itu, RZD berencana membangun kereta penumpang. Tapi, hal ini terhambat aturan.
"Ujungnya mereka lihat bila kereta api itu bisa jadi umum dan dimanfaatkan penumpang. Tapi ada aturan yang harus diikuti," ujar Menteri BUMN Rini Soemarno, di Hotel Rodisson Blu, Sochi, Rusia, Kamis (19/5/2016).
Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan agar investasi ini bisa tetap berjalan, maka ditawarkan skema kerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia. Sebab, perusahaan asing tidak boleh memiliki 100 persen kepemilikan kereta penumpang.
"Kalau kereta penumpang, aturan mainnya negara. Gimana kalau kerja sama dengan BUMN, PT KAI. Kita sedang pelajari, apa mungkin menurut UU. Kita juga tidak mau cuma itu saja, tapi rel, lalu gerbong, rolling stock," tandas Darmin.
Baca Juga
Sebelumnya pada 8 Januari 2016, Menteri Perindustrian dan Perdagangan (Menperindag) Rusia, Denis Manturov bersama delegasi, datang menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi). Tujuan dari kedatangan Manturov untuk menyampaikan surat dari Presiden Rusia Vladimir Putin sekaligus membicarakan tentang kerjasama ekonomi antara pemerintah Indonesia dan Rusia.
Ditemui dalam konferensi pers di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Manturov menuturkan bahwa ia telah membicarakan beberapa kerjasama ekonomi dengan pemerintah Indonesia.
Salah satunya adalah soal investasi dari pihak Rusia untuk membangun jalur kereta api di Kalimantan. Adapun investor yang menanamkan modal dalam proyek ini adalah perusahaan asal Rusia, Russian Rail Ways.
Rusia menyiapkan dana kurang lebih US$ 2,5 miliar atau setara dengan Rp 35 triliun (estimasi kurs: Rp 14.000 per dolar AS) untuk pembangunan jalur kereta api tersebut.
Rencananya, dana tersebut akan dipergunakan secara bertahap selama 4 fase. Diharapkan, infrastruktur rel kereta api tersebut bisa selesai pada 2020 dan langsung bisa digunakan.
Untuk mengerjakan proyek tersebut perusahaan kereta api asal Rusia sudah membentuk anak usaha di Kalimantan yang dinamakan Borneo Raiways.
Selain pembangunan jalur kereta api, pemerintah Rusia juga tertarik untuk ikut berinvestasi dalam industri pesawat Indonesia. Hal itu dilakukan dengan terus menyuplai unit pesawat hingga 10 tahun ke depan.
Pemerintah Rusia juga tertarik untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Indonesia. Namun minat tersebut masih secara umum, belum berbentuk rencana investasi konkret.Â