Liputan6.com, Jakarta - Percaya atau tidak, London dan New York tidak termasuk dalam tiga besar kota dengan biaya sewa rumah termahal di dunia. Beijing justru menduduki peringkat pertama dalam daftar itu. Biaya sewa tempat tinggal di sana nilainya mencapai 123 persen dari pendapatan rata-rata penduduknya.
Walaupun biaya sewa rumah rata-rata sekitar US$ 789 per bulan, namun mayoritas para pekerja di sana tidak mampu membayarnya.
Sebuah studi dari lembaga nirlaba, Global Cities Business Alliance, seperti ditulis Fortune, Sabtu (21/5/2016) menyebutkan angka itu sangat jauh dengan pendapatan pekerja di sana.
Lalu, di peringkat dua dan tiga adalah Abu Dhabi dan Hong Kong, yang biaya sewanya sekitar 70 persen dan 64 persen dari pendapatan rata-rata penduduknya.
Baca Juga
"Kota besar seperti Beijing adalah korban dari kesuksesannya," kata Lesley Saville, CEO Global Cities Business Alliance.
Advertisement
"Pertumbuhan yang cepat menjadi magnet para pekerja, tapi mereka perlu bekerja ekstra keras supaya bisa memiliki tempat tinggal dan menikmati hidup di sana."
Sebagai perbandingan, harga sewa rumah di New York dan San Fransisco, kota dengan harga jual rumah yang mahal, sekitar 63 persen dan 51 persen dari pendapatan rata-rata penduduknya.
Harga rumah di sana telah naik 18 persen dalam 12 bulan terhitung sejak Maret 2015. Mahalnya harga rumah di Beijing telah membuat para pekerjanya mencari tempat tinggal di luar kota.
Akibatnya, mereka menghabiskan waktu perjalanan pergi-pulang ke kantor sekitar 104 menit per hari. Angka tersebut merupakan yang terlama kedua di dunia setelah Meksiko, yang pekerjanya butuh waktu sekitar 113 menit per hari untuk pergi-pulang kantor.
Beberapa penduduk Beijing bahkan sampai hidup di tempat tinggal yang tidak konvensional untuk mengatasi biaya sewa yang mahal. Ada yang hidup di basement apartemen tanpa jendela, ada pula yang tinggal di selokan.(Elsa/Nrm)