Sukses

Pembenahan Sektor Pertanian Harus dari Hulu ke Hilir

Skema Inovasi Rantai Nilai dianggap bisa mengatasi kendala petani selama ini seperti akses pembiayaan, kualitas bibit dan pupuk.

Liputan6.com, Jakarta - Dalam beberapa kurun waktu belakangan ini, pemerintah terus mendorong pertumbuhan sektor industri. Di sisi lain, sektor pertanian seperti ditinggalkan. Jumlah lahan pertanian terus menurun dari tahun ke tahun. Padahal jika dilihat dari data statistik, sektor pertanian masih menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi. 

Ketua Umum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Muliaman D.Hadad mengatakan, sektor pertanian memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi, karena itu perlu dibenahi melalui skema Inovasi Rantai Nilai. 

Kontribusi sektor pertanian dalam pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 13,6 persen. Angka tersebut merupakan tertinggi kedua setelah sektor pengolahan yang memiliki porsi 20 persen dalam Product Domestic Bruto (PDB).

‎Di sektor pengolahan yang menggunakan bahan baku dari sektor pertanian juga memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap penyerapan tenaga kerja. Sektor pengolahan produk pertanian mampu menyerap 35 persen tenaga kerja dari lapangan kerja yang tersedia. 

"Sektor agro memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi," kata Muliaman, dalam acara Inovasi Rantai Nilai, di Balai Kartini, Jakarta, Senin (23/5/2016).

Ia melanjutkan, dengan kontribusi yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi tersebut, maka sektor pertanian harus terus dikembangkan. Salah satu caranya dengan melalui skema Inovasi Rantai Nilai. Dalam skema tersebut petani bisa meningkatkan produktifitas pertanian, karena mencakup mulai dari produksi hingga konsumen (end to end). 

Skema Inovasi Rantai Nilai juga dianggap bisa mengatasi kendala yang dihadapi petani selama ini seperti akses pembiayaan, kualitas bibit dan pupuk serta pembeli akhir dengan harga wajar.

"Apabila sektor pertanian dibangun dari hulu hingga hilir dalam suatu rantai nilai maka kontribusi agregat lebih dari 55 persen," tutur Muliaman.

Selain mendapat kredit dengan bunga terjangkau, petani juga mendapat jaminan bibit, pupuk serta bimbingan dan pendampingan saat bertani, biaya hidup selama masa tunggu panen serta jaminan hasil produksinya akan dibeli oleh perusahaan.

Sebelumnya, Ketua Kamar Dagang Industri Indonesia (Kadin) Rosan Roeslani mengatakan bahwa skema Inovasi Rantai Nilai adalah program yang memberikan dukungan infrastruktur perkebunan, penyediaan bibit dan pupuk berkualitas, pendampingan dan disiplin implementasi praktek budidaya yang baik. Kemudian akses terhadap perbankan dan edukasi literasi keuangan, pemberdayaan petani melalui koperasi serta bantuan pengurusan sertifikasi manajemen lingkungan (sustainability).

"Uji coba implementasi program ini telah berhasil dilakukan di komoditas jagung, kelapa sawit dan kopi, yang kemudian diikuti oleh kakao dan komoditas lain seperti padi, kedelai, kentang, hortikultura dan karet," tuturnya.

Proyek-proyek uji coba ini telah terbukti berhasil meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani rata-rata 25 persen, tergantung dari komoditas dan petani yang mengikuti program ini.

Program kemitraan terpadu yang diusung oleh Pemerintah Indonesia, yang difasilitasi pelaksanaannya oleh Partnership for Indonesia's Sustainable Agriculture (PISAgro) ini telah berhasil menjangkau lebih dari 445 ribu petani pada 2015, dengan luas area mencapai lebih dari 350 ribu hektar. Dari tingkat partisipasi petani pada 2015, program ini menjangkau 83 ribu petani dan total lahan mencapai 67 ribu hektare.