Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mampu menguat tipis pada perdagangan di awal pekan ini. Namun meskipun menguat, rupiah masih berada di kisaran 13.500 per dolar AS.
Mengutip Bloomberg, Senin (13/5/2016), rupiah dibuka di angka 13.589 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan sebelumnya yang ada di angka 13.607 per dolar AS. Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah berada di kisaran 13.568 per dolar AS hingga 13.622 per dolar AS.
Sedangkan berdasarkan Kurs ReferensiJakarta InterbankSpot DollarRate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.607 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 13.573 per dolar AS.
Baca Juga
Rupiah belum bisa beranjak menguat karena masih dibayang-bayangi rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS. Beberapa dewan gubernur the Fed mengungkapkan bahwa ada kemungkinan suku bunga akan naik pada Juni atau Juli setelah melihat data-data ekonomi yang ada.
Namun Gubernur The Fed Janet Yellen sendiri belum memberikan sinyal yang jelas bahwa kenaikannya akan dilakukan dalam waktu dekat ini. "Jika the Fed tidak akan menaikkan suku bunga pada bulan depan, ada kemungkinan dolar AS akan terus menguat dan menekan mata uang negara berkembang," jelas analis mata uang ABN Amro Bank NV Singapura, Roy Teo.
Sedangkan Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cita menjelaskan, data fundamental ekonomi RI belum mendukung rupiah sehingga masih tertekan oleh penguatan dolar AS maupun pelemahan harga komoditas.
Ketiadaan optimisme terhadap prospek pertumbuhan ekonomi ditambah ketidakpastian tax amnesty membuat daya tahan rupiah terhadap gejolak eksternal menjadi sangat berkurang dibanding sebelumnya. "Rupiah bahkan melemah di saat dolar mulai menguat terhadap mayoritas kurs di Asia pada perdagangan Jumat minggu lalu," katanya.
Tekanan pelemahan terhadap rupiah masih akan bertahan walaupun penguatan dollar yang tidak lagi tajam bisa mengurangi ruang depresiasi rupiah.Â