Sukses

Harga BBM Mahal, KPPU Duga Ada Potensi Penyelundupan‎

KPPU melihat ada potensi penyelundupan BBM dari luar negeri ke dalam negeri seiring harga minyak dunia turun.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Syarkawi Rauf menduga ada potensi penyelundupan bahan bakar minyak (B‎BM) untuk non subsidi.

Dugaan itu mencuat lantaran harga BBM dalam negeri masih mahal kendati harga minyak dunia telah mengalami penurunan.

Syarkawi mengatakan, pola tersebut berbalik dari tahun-tahun sebelumnya di mana harga BBM dalam negeri lebih murah sehingga diselundupkan ke luar negeri.

"Saya berdiskusi, dan menyampaikan bahwa ini ada tendensi penyelundupan BBM justru dari luar negeri ke dalam negeri. Karena harga BBM di dalam negeri mahal, di luar negeri murah dengan harga minyak dunia yang turun. Kalau dulu sebaliknya," jelas dia di Kantor Pusat Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Jakarta, Selasa (24/5/2016).

Dugaan lain, lanjut Syarkawi tingginya harga BBM  kesepakatan tidak tertulis yang membuat operator penjual BBM tak menurunkan harga.

"‎Harga minyak internasional turun harga BBM khususnya non subsidi tidak turun seolah-olah saling menunggu. Meski tidak ada kesepakatan tertulis tapi mereka melakukan tindak-tindakan seolah terkoordinasi bisa dikategorikan indikasi kartel," tambah dia.

Syarkawi mengatakan, ‎kecurigaan tersebut muncul pada awal tahun ini ketika harga minyak dunia mencapai US$ 40 per barel.

Dia mengatakan, telah melakukan pemanggilan terhadap beberapa operator BBM seperti Pertamina, Shell, dan Petronas untuk menyelesaikan masalah tersebut.

"‎Sekarang dengan info yang detil dan saya diskusikan akhirnya kita memanggil beberapa perusahaan operator BBM di Indonesia. Tidak lama setelah itu harga BBM kita lumayan turun. Waktu itu Rp 500 untuk jenis Pertamax dan setara dengan Pertamax di operator lain. Nah saya kira bentuk diskusi ini yang akan kita kembangkan ke depan," ujar dia. (Amd/Ahm)