Liputan6.com, Jakarta - Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menyatakan pada tahun ini hingga April 2016, total pungutan dana sawit yang terkumpul mencapai Rp 4 triliun. Angka tersebut merupakan kontribusi dari ekspor minyak sawit hingga bulan keempat 2016 yang mencapai 11 juta ton.
Direktur Utama BPDPKS Bayu Krisnamurthi mengatakan, dari ekspor tersebut sebagian besar merupakan produk turunan kelapa sawit. Sementara porsi ekspor produk mentah atau crude palm oil (CPO) terus menurun.
"Hingga April ini dana yang terkumpul sebesar Rp 4 triliun. Itu ditopang oleh ekspor 11 juta ton, di mana 85 persen produk turunan, sudah produk menengah. Sedangkan berupa CPO 15 persen. Jadi sekitar 350 ribu ton per bulan eksporCPO dan 1,3 juta ton per bulan produk turunan," ujar dia di Jakarta, Kamis (26/5/2016).
Advertisement
- BPDP Sawit Fasilitasi Kerja Sama Peremajaan Lahan Perkebunan
- Hingga Maret 2016, Total Dana Pungutan Sawit Capai Rp 2,8 Triliun
- Biodiesel untuk Dexlite Sulit Dapat Subsidi
Dia menjelaskan tren peningkatan ekspor produk turunan sawit ini patut diapresiasi. Ini artinya, ekspor sawit Indonesia kini tidak hanya sekadar produk mentah, tetapi sudah produk olahan yang memberikan nilai tambah di dalam negeri.
"Produk Indonesia yang menggunakan kemasan dan brand Indonesia pertumbuhannya luar biasa, sekitar 8 persen-9 persen dibanding 2015. Itu artinya produk indonesia semakin dikenal luas," kata dia.
Saat ini, daerah yang berkontribusi paling besar terhadap ekspor produk sawit antara lain Dumai sebesar 3,7 juta ton, Belawan 1,1 juta ton, Teluk Bayur 0,7 juta ton, dan Lampung 0,5 juta ton.
Negara tujuan ekspor produk sawit Indonesia juga beragam. Ekspor terbesar, yaitu ke India, dengan 1 juta ton, Tiongkok 0,6 juta ton, Pakistan 0,4 juta ton, dan Belanda 0,3 juta ton.
"Pakistan jadi kunci karena Indonesia saat ini menjadi pengekspor terbesar ke Pakistan. Ini mengalahkan negara pengekspor lain. Padahal sebelumnya hanya sekitar 20 persen, sekarang seluruhnya dari Indonesia," kata dia.