Sukses

Jika Petral Bersih, Pertamina Mampu Bangun Gedung Mirip Petronas

Dengan dibubarkannya Petral dan digantikan perannya oleh Integrated Suply Chain (ISC), Pertamina dapat menghemat uang dalam jumlah besar.

Liputan6.com, Jakarta - Pembubaran Pertamina Energy Trading Limited (Petral) membuktikan pemerintah dapat menyelesaikan masalah fundamental yang selama ini dianggap menjadi sesuatu yang tidak mungkin bisa dilakukan.

Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan, ‎selama belasan tahun sudah banyak uang yang menguap sia-sia karena aksi kecurangan Petral dalam bisnis pengadaan Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

"Karena belasan tahun uang itu menguap kepada yang ingin mengangkangi ekspor impor BBM," kata Sudirman, saat melantik pengurus AKLI, di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (26/5/2016).

‎Sudirman mengungkapkan, saat Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Amien Sunaryadi melakukan kunjungan ke Petronas Malaysia, mendapat cerita bahwa pengelolaan pengadaan BBM di Petronas sangat transparan. Hal tersebut membuat keuangan perusahaan tersebut lebih baik dan mampu mendirikan salah satu gedung tertinggi di dunia. 

"Ketika pak Amien Sunaryadi bertamu ke Petronas, beliau mengatakan, kalau tidak ada pencaloan yang hebat, Pertamina sudah bisa bangun gedung kembar," tutur Sudirman.

Saat ini Petral telah berhasil dibubarkan pemerintah atas permintaan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Menurut Sudirman hal tersebut membuktikan pemerintah berani mengambil keputusan, padahal dulu Petral dianggap kuat bahkan tidak bisa disentuh.

"Cerita mitos Petral itu bertahun lamanya seperti genderuwo. Raksasa tak tampak, tapi begitu mau sentuh yang sentuh mati duluan. Presiden minta diselesaikan dalam waktu singkat,"‎ terang Sudirman.

Sudirman melanjutkan, dengan dibubarkannya Petral dan digantikan perannya oleh Integrated Suply Chain (ISC), Pertamina dapat menghemat uang dalam jumlah besar. "Akibatnya sekarang Pertamina memperoleh penghematan besar-besaran. Jumlahnya belasan triliun," tutup‎ Sudirman.

Video Terkini