Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal Ramli membeberkan terjadinya praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) di proyek listrik antara perusahaan-perusahaan asing dengan para penguasa Negeri ini.
Praktis tersebut berdampak buruk terhadap kenaikan jumlah utang PT PLN (Persero) hingga menembus US$ 85 miliar.
Rizal Ramli mengungkapkan, 15 tahun lalu, swasta menjual listrik ke PLN seharga US$ 7-US$ 9 sen per Kwh. Padahal di seluruh dunia, seperti tarif listrik swasta di China, Thailand, dan negara lain hanya US$ 3 per Kwh.
Advertisement
"Kenapa tarif listrik swasta di Indonesia US$ 7-US$ 9 sen, karena asing KKN sama kroni-kroni yang berkuasa pada waktu itu. Mereka diberikan saham gratis semua, tapi imbalannya bisa pasang tarif tinggi. Lalu apa yang terjadi? Utang PLN bertambah jadi US$ 85 miliar," jelas Rizal di kantor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dalam acara Pertemuan Koordinasi Masalah dan Solusi Implementasi Program 35 ribu Mw dan Transmisi 46 ribu Km Jakarta, Selasa (31/5/2016).
Baca Juga
Utang tersebut, Ia menuturkan, menjadi beban berat bagi Negara apabila tidak dilakukan negosiasi. Kemudian Rizal memerintahkan PLN melobi utang-utang ini kepada pihak asing, namun ditolak karena adanya konflik kepentingan, sehingga Direktur Utama PLN terpaksa dicopot dari jabatannya.
Negosiasi utang tidak menyerah. Rizal Ramli meminta bantuan kepada Direktur Bank Dunia di Indonesia. Sayangnya, lembaga keuangan internasional itu mundur karena di belakang lingkaran proyek listrik tersebut dimainkan orang-orang yang berkuasa, bank besar.
"Bank Dunia tidak bisa bantu karena pemain kakap semua. Tapi mereka berdoa untuk saya semoga sukses," ujar dia.
Pantang mundur, akhirnya Rizal memanggil rekan lama, seorang Chief Editor Wall Street Journal dan membongkar kebusukan kroni-kroni asing ini yang melakukan KKN di proyek listrik Indonesia. Kemudian, berita tersebut dimuat secara berseri di media asing itu. Berita ini gempar dan memberikan dampak positif bagi Indonesia.
"Setelah gempar, barulah para bankir dari Eropa, Amerika Serikat (AS), dan negara lainnya datang ke saya minta negosiasi. Dan usaha ini membuahkan hasil utang US$ 85 miliar bisa diturunkan jadi US$ 35 miliar. Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah Indonesia negosiasi utang bisa berkurang US$ 50 miliar. Pernah ada di zaman orde baru, tapi penurunan utangnya tidak sebesar itu. Tapi kita bisa tanpa lawyer, bukan dengan cara konvensional, melainkan lewat terobosan," jelas Rizal. (Fik/Ahm)