Liputan6.com, Moscow Asosiasi Nuklir Dunia (World Nuclear Association/WNA) menargetkan 25 persen pasokan listrik dunia bakal dipasok dari pembangkit nuklir (PLTN) pada 2050. Untuk itu dunia membutuhkan banyak pembangkit baru dengan total kapasitas 1.000 giga watt (Gw).
Keberadaan pembangkit ini akan menyeimbangkan pasokan energi dunia yang selama ini berasal dari berbagai sumber seperti minyak, gas dan batu
bara.
Baca Juga
Demikian diungkapkan Direktur Jenderal Asosiasi Nuklir Dunia Agneta Rising pada acara Forum Internasional VIII Atomexpo 2016 di Moskow, Rusia, Selasa (31/5/2016).
Advertisement
Baca Juga
“Untuk ini membutuhkan sekitar 1000 Gw kapasitas nuklir baru yang akan dibangun dengan melihat faktor-faktor lain seperti reaktor yang tua dan pertumbuhan permintaan listrik,” jelas dia.
Dari 1000 Gw, targetnya masing-masing sebesar 50 GW terbangun kurun 2016-2020. Kemudian 125 GW periode 2021-2025 dan 825 GW pada 2026-2050.
Setiap tahun, menurut Rising, jumlah pembangkit listrik nuklir terus bertambah. Kenaikan bahkan hingga tiga kali lipat. Banyak negara yang mulai setuju untuk membangun pembangkit listrik berbahan baku uranium ini, dengan berbagai alasan.
"Pada 2015, hampir 10 GW energi listrik dipasok dari nuklir. Ini lebih dari dua kali lipat kapasitas rata-rata setiap tahun pada dekade sebelumnya. Kita perlu membangun percepatan itu," jelas Raising.
Namun dia mengingatkan untuk mencapai penambahan pasokan listrik dari nuklir tersebut, memerlukan upaya kerja sama pelaku industri di berbagai bidang. Ketimbang berfokus pada teknologi, industri global diminta mengidentifikasi dan fokus pada menghilangkan hambatan yang bisa menahan pertumbuhan.
Keberadaan pembangkit nuklir akan menciptakan keseimbangan pada pasokan energi yang selama ini didominasi dari sumber-sumber yang lain seperti gas, batu bara dan minyak.
Meski demikian, kata dia, faktor standar keamanan yang tinggi masih harus menjadi perhatian negara-negara yang ingin memiliki pembangkit nuklir di wilayahnya. Negara pemakai energi nuklir harus bisa memaksimalkan penggunaan energi nuklir dan berupaya mengurangi dampak negatifnya.
“Dan kita perlu mengembangkan paradigma keamanan yang efektif yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mengurangi emisi dari sumber polusi, dan memastikan standar keselamatan nuklir yang tinggi terpenuhi,” tandas dia.