Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk meluncurkan satelit sendiri dengan nama satelit BRISat pada awal Juni. Langkah perseroan meluncurkan satelit sendiri ini untuk memangkas biaya operasional perseroan. BRI mengklaim, dengan adanya satelit tersebut akan mengurangi biaya operasional BRI hingga Rp 200 miliar per tahun.
Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo mengatakan, saat ini BRI masih menyewa satelit dengan biaya Rp 500 miliar per tahun. Dengan BRISat maka BRI akan mendapatkan penghematan Rp 200 miliar.
"Pengehematannya itu 40 persen dari sebelumnya sewa Rp 500 miliar berkurang menjadi Rp 300 miliar. Kurang lebih secara kasar Rp 40 persen," kata dia di Kantor Pusat BRI Jalan Sudirman Jakarta, Selasa (31/5/2016).
Direk‎tur Utama BRI Asmawi Syam mengatakan, saat ini BRI mengucurkan Rp 500 miliar per tahun untuk 23 transponder. "Jadi sampai sekarang kita masih sewa transponder. Kira-kira biayanya Rp 500 miliar. Itu hanya 23 transponder, jadi untuk 23 transponder more or less Rp 500 miliar per tahun," katanya.
Baca Juga
Lebih lanjut, dia mengatakan nilai investasi untuk BRISat sekitar Rp 3,375 triliun. Kendati mengeluarkan biaya yang cukup besar pihaknya mengaku tidak rugi lantaran satelit tersebut lebih murah jika dibandingkan biaya sewa yang dikeluarkan tiap tahun.
"Kita hanya Rp 3,375 triliun berarti hanya 3,5 tahun kurang. Padahal masa pakai satelit ini 15 tahun, extending 2 tahun, jadi 17 tahun. Taruhlah tadi 4 tahun dan ini Rp 500 miliar per tahun,"‎tandas dia.
BRI akan segera menerbangkan BRISat pada 8 Juni 2016 pukul 20.30 di UTC Kourou, French Guiana, Amerika Selatan, atau tanggal 9 Juni 2016 pukul 03.30 Waktu Indonesia Barat (WIB).
Asmawi mengatakan, satelit ini akan diterbangkan dengan menggunakan roket Ariane 5 milik perusahaan Arianespace. Dia bilang, nilai investasi satelit ini mencapai Rp 3,375 triliun. "Jadi kira-kira kalau ekuivalen dengan kurs 13.300 Rp 3,375 triliun atau US$ 250 juta," kata Asmawi.
Salah satu tujuan dari penggunaan satelit ini adalah untuk mempercepat layanan perbankan. Layanan BRI diyakini akan lebih cepat, efektif juga efisien.
Dia menuturkan, satelit memiliki risiko yang lebih kecil daripada penggunaan kabel fiber optik. Risiko yang dimaksud antara lain kabel fiber optik akan tersangkut oleh kapal lantaran pembangunannya di dasar laut. "Kenapa tidak fiber optik kami ingin menjelaskan negara Indonesia yang terdiri pulau-pulau‎," tambah dia.
Dia menuturkan, satelit juga efektif untuk mendorong digital banking di seluruh Indonesia. ‎Dengan satelit, maka pelayanan semua wilayah Indonesia akan sama.
‎"Akan kita onlinekan dengan Jakarta. Anda bisa bayangkan di atas gunung Wamena, Kalimantan sungai-sungai. Nanti layananya sama cepatnya dengan Jakarta dengan adanya satelit‎," tutup dia.
Advertisement