Sukses

Harga Minyak Dekati Level US$ 50 per Barel

Harga minyak mentah AS untuk pengiriman Juli naik 23 sen atau 0,5 persen ke level US$ 49,10 per barel.

Liputan6.com, New York - Harga minyak terus naik dan mendekati level US$ 50 per barel pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Harga minyak terus mengalami kenaikan hingga 90 persen pada 4 bulan terakhir.

Mengutip Wall Street Journal, Rabu (1/6/2016), harga minyak mentah AS untuk pengiriman Juli naik 23 sen atau 0,5 persen ke level US$ 49,10 per barel di New York Mercantile Exchange. Sedangkan harga minyak Brent yang merupakan panduan harga global turun 7 sen atau 0,2 persen ke angka US$ 49,69 per barel di ICE Futures Europe.

Jika dihitung dari awal hingga akhir Mei, kedua patokan harga minyak tersebut mampu membukukan menguat. Jika dilihat secara lebih panjang, kedua patokan harga minyak telah terus menguat dalam 4 bulan terakhir.

Penguatan harga minyak ini disebabkan adanya gangguan pasokan yang tak terduga setelah sebelumnya terus menerus mengalami kelebihan pasokan. Adanya gangguan pasokan dari Kanada dan Nigeria membuat harga minyak menyentuh level tertinggi dalam 8 bulan terakhir.

Namun memang gangguan pasokan tersebut bersifat sementara. Jika dilihat secara luas, pasokan minyak mentah di dunia masih cukup besar dan tidak diimbangi dengan peningkatan permintaan.

Sebelumnya negara-negara eksportir minyak (OPEC) berencana untuk mengatasi kelebihan pasokan tersebut untuk menjaga harga minyak, namun rencana tersebut tak berjalan lancar karena beberapa negara memilih untuk melakukan produksi seperti biasa. 

"Harga minyak mendekati US$ 50 per barel dan hal tersebut sesuai dengan harapan pasar. Sekarang kita lihat apakah harapan tersebut terus berlanjut," kata analis Tradition Energy Gene McGillian.

Saat ini, pelaku pasar sedang menunggu rapat yang akan diadakan oleh OPEC yang akan dilakukan pada Kamis pekan ini di Vienna. Sebagian besar analis tidak mengharapkan ada perubahan untuk produksi minyak.

Sejauh ini, OPEC tidak dapat membekukan produksi minyak sehingga mendukung harga minyak. Bahkan Iran, salah satu produsen minyak menaikkan kuota ekspor menjelang pertemuan OPEC. Pasokan bertambah 5 juta per barel.