Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada Mei 2016 terjadi inflasi sebesar 0,24 persen. Kondisi ini berkebalikan dengan bulan sebelumnya atau pada April 2016 kemarin yang mencatatkan deflasi sebesar 0,45 persen.
"Inflasi Mei 2016 sebesar 0,24 persen karena kontribusi dari makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,58 persen serta bahan makanan 0,30 persen," ujar Kepala BPS, Suryamin di Jakarta, Rabu (1/6/2016).
Adapun penyebab utama inflasi 0,24 persen di Mei, antara lain:
1. Daging ayam ras, kenaikan harga 7,17 persen, dengan andil 0,08 persen. Karena harga beli daging ayam sudah mengalami kenaikan dari distributor menjelang masuknya Ramadhan. Kenaikan terjadi di 64 kota IHK, tertinggi di Tanjung Pandan 38 persen, Jambi 26 persen.
2. Tarif angkutan udara, perubahan harga 6,59 persen, andil 0,06 persen. Permintaan jasa angkutan udara meningkat karena libur panjang. Terjadi kenaikan di 35 kota IHK, tertinggi di Pontianak dan Singkawang masing-masing 39 persen, Ambon dan Tanjung Pandan 28 persen.
3. Gula pasir terjadi kenaikan harga 7,4 persen dengan andil 0,04 persen terhadap inflasi. Karena tingginya permintaan menjelang puasa, dan stok gua diperkirakan terbatas. Terjadi kenaikan harga di 80 kota IHK, tertinggi di Bulukumba 19 persen dan Sumenep 17 persen.
Baca Juga
4. Telur ayam ras perubahan harganya 3,12 persen, andil inflasi 0,02 persen. Karena permintaan melonjak menjelang puasa. Kenaikan harga terjadi di 61 kota IHK, tertinggi di Batam 10 persen, di Kupang serta Tegal masing-masing 8 persen.
5. Minyak goreng dengan perubahan harga 1,73 persen, dan andil inflasi 0,02 persen. Terjadi kenaikan harga akibat meningkatkan harga bahan baku industri minyak goreng, yakni CPO. Terjadi kenaikan di 67 kota IHK, tertinggi di Padang Sidempuan 7 persen dan Serang 6 persen.
6. Rokok kretek filter kenaikan harga 0,71 persen dengan andil inflasi 0,02 persen. Karena ada dampak perubahan peraturan Menteri Keuangan mengenai pungutan cukai. Kenaikan terjadi di 51 kota, tertinggi di Palopo dan Denpasar masing-masing 4 persen.
7. Emas perhiasan terjadi perubahan harga 1,85 persen dan andil inflasi 0,02 persen. meningkatnya permintaan emas perhiasan, terjadi di 67 kota IHK. Tertinggi di Bekasi 8 persen, Bungo dan Malang masing-masing 5 persen.
Sementara pendorong deflasi, meliputi:
1. Cabai merah, perubahan harganya sampai 10,4 persen. Andil deflasi 0,06 persen. Karena beberapa sentra produksi cabai memasuki masa panen. Penurunan harga terjadi di 55 kota IHK, tertinggi di Bungo sampai 45 persen dan Denpasar 41 persen.
2. Beras perubahan harganya 0,5 persen dengan andil deflasi 0,02 persen. Karena memasuki masa panen sehingga pasokan tersedia. Penurunan terjadi di 38 kota, tertinggi di Bukit Tinggi 12 persen dan Kendari 5 persen.
3. Tomat sayur penurunan harga 8,23 persen, andil deflasi 0,02 persen. Karena pasokan tomat sayur banyak, terjadi di 43 kota IHK. Tertinggi di Denpasar 52 persen dan Merauke serta Madiun masing-masing 43 persen.
4. Tarif dasar listrik perubahan harga 0,35 persen, andil deflasi 0,01 persen. Karena penurunan tarif listrik paska bayar untuk daya 1.300 VA atau lebih. Penurunan harga di 80 kota IHK, 2 kota IHK lainnya yang dikelola Pemda stagnan.
5. Bensin menyebabkan deflasi dengan penurunan harga 0,23 persen dan andil deflasi 0,01 persen. Karena turunnya harga Pertamax akibat anjloknya harga minyak mentah dunia. Penurunan terjadi di 77 kota IHK.