Liputan6.com, Jakarta - Peredaran uang palsu selama ini mayoritas masih terjadi di Pulau Jawa. Temuan uang palsu saat ini sebagian besar merupakan pengaduan dari masyarakat yang kemudian ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum.
Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia (BI) Suhaedi mengatakan, sampai pada Mei 2016 posisi uang palsu yang beredar sebanyak 5 lembar per 1 juta lembar.
Baca Juga
‎"Kalau yang ditemukan sampai saat ini masih sekitar Pulau Jawa," kata dia di Gedung Bank Indonesia Jakarta, Senin (6/6/2016).
Advertisement
Baca Juga
Meski begitu, pihaknya tak bisa memastikan lokasi kota mana saja yang rawan akan peredaran uang palsu. Dia bilang, laporan peredaran uang palsu yang diterima BI merupakan kasus yang diungkap kepolisan.
‎"Yang saya sampaikan di mana pada saat itu ditemukan. Bukan berarti dibuat (uang palsu), tapi adalah ditemukan diungkap aparat kepolisian," ujar dia.
Lebih lanjut, Suhaedi mengapresiasi kinerja kepolisian yang gesit dalam mengatasi peredaran uang palsu. Dia juga memberi apresiasi masyarakat yang cerdas membedakan antara uang palsu dan uang asli.
"Kita apresiasi kerjasama aparat kepolisian yang menindaklanjuti laporan masyarakat. Paduan antara kesadaran lebih tinggi mengenai ciri keaslian rupiah dan kesigapan aparat untuk mengungkapkannya," ungkap dia.
‎Dia menuturkan, tren peredaran uang palsu terus menurun dari tahun ke tahun. Namun demikian, terkecuali untuk tahun 2015 rasio peredaran uang palsu tinggi karena terungkapnya sindikat peredaran uang palsu di Jember, Jawa Timur.
"Untuk beberapa tahun terakhir kecenderungan turun, trennya turun. Hanya 2014 per 1 juta lembar ditemukan 9 lembar uang palsu. Tahun 2015‎ naik 21 lembar per 1 juta," tutup dia.‎