Liputan6.com, Jakarta - Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserves menyatakan akan menaikkan suku bunga acuannya secara bertahap. Namun belum dapat dipastikan kembali kenaikan suku bunganya.
Pelaku pasar dan ekonom melihat pesan itu dari pernyataan pimpinan bank sentral Amerika Serikat (AS)/The Federal Reserves atau the Fed Janet Yellen pada awal pekan ini. Pernyataan dia tersebut dilontarkan sebelum pertemuan the Fed pada pekan depan.
Dalam pernyataan Yellen secara jelas kalau dia yakin ekonomi AS akan pulih. Ini sebagai sentimen untuk mendorong kenaikan suku bunga acuan. Namun dia tidak menyebutkan secara pasti kapan hal itu terjadi.
The Fed menekankan kalau perlu dorongan untuk meningkatkan ekonomi AS. Konsumen menjadi salah satu hal penting untuk meningkatkan pengeluaran pada kuartal ini sehingga mendorong ekonomi secara keseluruhan.
Baca Juga
Yellen pun tetap diam kapan kenaikan suku bunga dilakukan. Hal itu membuat pelaku pasar ragu apakah suku bunga naik pada Juni, atau Juli. "Saya melihat alasan baik untuk mengharapkan kekuatan positif mendukung pertumbuhan lapangan kerja dan inflasi tinggi. Saya terus berpikir kalau suku bunga mungkin perlu naik secara bertahap dan memastikan kestabilan harga serta kesempatan kerja maksimal hingga jangka panjang," tutur dia.
Pernyataan tersebut juga menunjukkan hal itu melihat data laporan tenaga kerja mengecewakan pada Mei 2016. Selain itu, pengeluaran investasi melemah, risiko global dan kenaikan inflasi perlu beberapa waktu.
"The Fed butuh melihat kenaikan pada kuartal II, dan berlanjut pada kuartal III. Saya pikir data ekonomi berperan," ujar Neil Dutta, Ekonom Renaissance Macro Research, seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (7/6/2016).
Ia pun memperkirakan the Fed akan tetap mempertahankan suku bunga acuan. Jika the Fed tetap mempertahankan suku bunga pada pekan depan, maka ini menjadi pertemuan keempat the Fed tetap mempertahankan suku bunga. (Ahm/Ndw)