Liputan6.com, New York - Harga minyak dunia mendaki ke level tertinggi pada awal pekan ini seiring pasokan minyak terganggu dari Kanada dan Nigeria. Hal itu membantu mengikis kerugian harga minyak pada pekan lalu.
Selain itu, kenaikan harga minyak didukung dari pernyataan pimpinan bank sentral AS atau The Federal Reserves (The Fed) Janet Yellen soal kenaikan suku bunga.
Pada perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli naik US$ 1,07 atau 2,2 persen menjadi US$ 49,69 per barel di New York Mercantile Exchange.
Penguatan itu tertinggi sejak 21 Juli tahun lalu. Sementara itu, harga minyak Brent naik 1,8 persen ke level US$ 50,55 per barel di London's ICE Futures Exchange.
Pada pekan lalu, harga minyak WTI susut 1,4 persen setelah negara produsen utama minyak atau OPEC gagal untuk menyepakati soal pasokan produksi minyak. Selain itu, data tenaga kerja AS melemah juga mempengaruhi permintaan energi ke depan.
Baca Juga
Karena data tenaga kerja AS melemah itu mendorong harapan kenaikan suku bunga bank sentral AS pada Juni menurun. Hal itu mendorong dolar AS. Dengan dolar AS melemah mendukung pergerakan harga minyak.
Pernyataan Yellen bagaimana pun juga masih mengundang pertanyaan kapan suku bunga bank sentral AS naik. "Pelaku pasar mencoba mencerna pernyataan dari pejabat the Fed. Pelaku pasar ingin Yellen mencoba data tenaga kerja untuk lebih optimistis, tetapi pertanyaannya apa artinya untuk kenaikan suku bunga," ujar Troy Vincent, Analis Clipper Data seperti dikutip dari laman Marketwatch, Selasa (7/6/2016).
Sementara itu, Colin Cieszynski, Direktur CMC Market terkejut harga minyak berbalik arah menguat usai pernyataan Yellen.
"Saya kira pernyataannya seimbang. Dia memiliki kesempatan membuat panik pasar, tetapi tidak melakukannya. Saya pikir semua orang berharap Yellen tidak terlalu agresif," ujar dia.
Analis juga memperkirakan kenaikan harga minyak juga didukung dari pasokan minyak terganggu. Pasokan minyak Nigeria terganggu lantaran terpengaruh serangan militan Nigeria.
Selain itu, kebakaran hutan terjadi di Kanada juga mempengaruhi produksi minyak turun sekitar 800 ribu per barel menjadi 1 juta per barel per hari. (Ahm/Ndw)
Advertisement