Liputan6.com, Chicago - Harga emas mencatatkan penguatan ke level tertinggi dalam dua minggu ini pada perdagangan awal pekan ini. Sentimen kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserves (The Fed) dan data tenaga kerja AS mempengaruhi harga emas.
Akan tetapi, harga emas sempat berbalik arah setelah catatkan level terbaik ketika pimpinan bank sentral Janet Yellen belum dapat memastikan kenaikan suku bunga pada Juni ini.
Pada perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), harga emas untuk pengiriman Agustus naik US$ 4,5 atau 0,4 persen ke level US$ 1.247,40 per ounce. Harga emas sempat diperdagangkan di level harga US$ 1.251,30. Penguatan harga emas ini tertinggi sejak 23 Mei.
Baca Juga
Harga emas reli pada pekan lalu setelah rilis data tenaga kerja AS mengejutkan. Harga emas reli 2,5 persen. Data tenaga kerja AS menunjukkan pelemahan, dan alami laju paling lambat dalam 5,5 tahun. Pelaku pasar merespons kalau harapan kenaikan suku bunga bank sentral AS turun tajam.
Pada awal pekan ini, pimpinan bank sentral AS Janet Yellen mengharapkan kalau ekonomi AS dapat terus meningkat. Selain itu, kenaikan suku bunga bank sentral AS dilakukan secara bertahap, dan menyesuaikan kondisi ekonomi. Namun dia tidak menunjukkan sinyal kenaikan suku bunga.
"Yellen mempengaruhi dan bermain dengan pelaku pasar. The Fed akan dipaksa membuat keputusan, apakah menaikkan atau tidak," ujar Adam Koos, Presiden Direktur Libertas Wealth Management Group, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Selasa (7/6/2016).
Pelaku pasar mempertimbangkan prospek dan waktu untuk kenaikan suku bunga bank sentral AS. Kenaikan suku bunga bank sentral AS mempengaruhi harga emas sehingga kurang menarik bagi investor yang mencari keuntungan lebih baik di seluruh aset. (Ahm/Ndw)