Sukses

Pemerintah dan Komisi XI DPR RI Sepakati Revisi 3 Asumsi Makro

Pertumbuhan ekonomi disepakati lebih rendah menjadi 5,1 persen dibanding keyakinan pemerintah di APBN 2016.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah dan Komisi XI DPR RI menyepakati 3 asumsi dasar ekonomi makro Indonesia dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2016. Asumsi makro yang mengalami perubahan, antara lain pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Keputusan tersebut dibacakan Ketua Komisi XI DPR RI, Ahmadi Noor Supit usai menggelar Rapat Kerja RAPBN-P 2016 selama 4 jam di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (7/6/2016) malam. Rapat kerja ini dihadiri Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Sofyan Djalil, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo, serta Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin.

“Rapat kerja Komisi XI dengan pemerintah, BI, dan BPS sepakat besaran asumsi dasar ekonomi makro RAPBN-P 2016, yakni pertumbuhan ekonomi 5,1 persen, inflasi 4 persen, kurs rupiah 13.500 per dolar AS. Sementara suku bunga SPN 3 bulan tetap sebesar 5,5 persen,” kata Ahmadi membacakan hasil kesimpulan rapat.

Kesimpulan asumsi makro ini dihiasi catatan darifrasksi nasional demokrasi (Nasdem) yang berpendapat nilai tukar rupiah 13.600 per dolar AS dan fraksiHanura berpendapat suku bungaSPN 3 bulan sebesar 5 persen. 

Pertumbuhan ekonomi disepakati lebih rendah menjadi 5,1 persen dibanding keyakinan pemerintah di APBN 2016 dan usulan RAPBN-P 2016 sebesar 5,3 persen. Sedangkan inflasi di APBN 2016, pemerintah memasang target 4,7 persen, namun optimistis dapat meraih 4 persen di RAPBN-P 2016. Sementara nilai tukar rupiah mengalami penguatan dengan kesepakatan 13.500 per dolar AS, terapresiasi dari patokan APBN tahun ini 13.900 per dolar AS.

Menkeu Bambang mengatakan, pemerintah optimistis memasang level kurs rupiah di 13.500 per dolar AS karena Gubernur Bank Sentral AS menyatakan ekonomi negara tersebut tidak sebaik yang dibayangkan sehingga mata uang Garuda mengalami apresiasi ke level Rp 13.265 pada perdagangan Selasa. “Jadi kami melihat angka Rp 13.500 per dolar AS merupakan angka kurs rupiah yang wajar,” ujar Bambang.

Untuk proyeksi inflasi, katanya, pemerintah terus berusaha mengendalikan harga-harga kebutuhan pokok meskipun ada bulan-bulan kritikal, yaitu periode Lebaran Juli-Agustus dan Desember ini saat Natal dan menjelang Tahun Baru. “Mudah-mudahan kami bisa jaga inflasi 4 persen sampai akhir tahun,” tambah Bambang.

Sementara pertumbuhan ekonomi, diakuinya, kondisi dunia relatif sangat berat. Bahkan International Fund Moneter (IMF) memangkas pertumbuhan ekonomi global maupun China. Di Malaysia saja, Bambang bilang, ekonominya melorot dari pertumbuhan 5 persen di kuartal I 2015 menjadi hanya 4,3 persen-4,4 persen di periode yang sama 2016.

“Jadi memang ada pelemahan ekonomi di banyak negara. Kami akan tetap berupaya sebaik mungkin, tapi kami dekatkan dengan realisasi dan melihat perkiraan Bank Dunia dan Asia Development Bank (ADB) yang di bawah 5 persen, kami masih optimistis,” tegas Bambang.