Sukses

Dapat Kritikan, Nigeria Tetap Bakal Kirim Orang ke Bulan

Meski masih banyak rakyatnya yang hidup di bawah garis kemiskinan, Nigeria punya mimpi besar: mengirim orang ke bulan.

Liputan6.com, Jakarta - Jangan pandang sebelah mata Nigeria. Meski masih banyak rakyatnya yang hidup di bawah garis kemiskinan, Nigeria punya mimpi besar: mengirim orang ke bulan.

Nigeria punya program luar angkasa. Tak ada anggaran miliaran dolar. Apalagi laboratorium dan peralatan yang jauh dari kata canggih. Tapi Direktur Jenderal Lembaga Pengembangan dan Riset Luar Angkasa Nigeria (NASRDA) S.) Mohammed mengatakan, program ini bukanlah ego semata.

"Kita selalu tegaskan, program luar angkasa ini tak akan menjadi sebuah perjalanan ego," kata dia dilansir dari CNN Money, Rabu (8/6/2016).

Ini merupakan tantangan bagi Mohammed yang bertekad untuk mewujudkan program dengan anggaran yang tak banyak.

"Kita tidak berlomba untuk berada di bukan, ataupun di Mars," tutur dia. "Yang kita harus lihat adalah menggunakan program luar angkasa ini untuk mengetahui apakah kita bisa menyelesaikan masalah kita, khususnya orang-orang Nigeria," tambah dia.

Tujuannya juga termasuk kemampuan untuk mendesain dan membangun satelit pada 2018. Selanjutnya pada 2030, dia berharap bisa meluncurkan satelit dari wilayah teritori Nigeria. Kemudian setelah itu, dia ingin mendaratkan orang di bulan.

2 dari 2 halaman

Dikritik

Namun, program ini mendapatkan pengawasan yang ketat. Banyak kritik yang menyebut mengapa Nigeria mengeluarkan uang untuk program luar angkasa di tengah 70 persen rakyatnya hidup di bawa garis kemiskinan.

Lebih jauh lagi, untungnya apa menjalankan misi mendaratkan orang di bulan 60 setelah Apollo 11 melakukan hal yang sama?

Mohammed menekankan pada 3 satelit yang sudah dipakai Nigeria sebagai bukti program luar angkasa ini berjalan. Satelit itu juga telah membantu mendata pola perubahan iklim regional dan memperbarui peta negara yang lama.

Satelit itu juga sudah digunakan untuk melacak pergerakan teroris Boko Haram. Prioritas selanjutnya dari Mohammed adalah meluncurkan Synthetic Aperture Radar satelit yang jangkauannya bisa menembus awan. Dengan begitu, satelit bisa memantau aktivitas di Teluk Guinea, yang belakangan ini terlihat banyak aktivitas bajak laut.

Mengenai NSDRA, Mohammed ingat betul dia mendirikan lembaga ini pada 8 tahun lalu dengan hanya 6 orang yang punya gelar PhD. Sekarang jumlah PhD telah melompat hingga 70 orang dan 50 pekerja lainnya tengah mengambil gelar yang sama.

NSDRA yang punya staf hingga 2.000 orang diberikan bantuan US$ 20 juta di tahun ini agar operasinya tetap berjalan. Tapi mereka masih butuh US$ 65 juta untuk merealisasikan peluncuran satelit selanjutnya. (Zul/Ahm)