Sukses

Pelaksanaan Impor Daging Sapi Tidak Optimal, Ini Alasannya

Menteri Perdagangan RI Thomas Lembong menyayangkan kebijakan impor daging sapi yang dikeluarkannya tidak optimal.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan RI Thomas Lembong menyayangkan pelaksanaan impor daging sapi yang dikeluarkannya tidak optimal. Hal ini dikarenakan apa yang dilakukan minim persiapan.

Lembong menjelaskan, sebenarnya pelaksanaan kebijakan impor ini sudah diperingatkan oleh Presiden Joko Widodo pada bulan November dan Desember 2015. Namun dalam realisasinya tidak sesuai yang diharapkan.

"Tapi memang dengan sangat menyesal harus saya akui bahwa dalam pelaksanaannya tidak optimal. Jadi perintah presiden sih sudah lama , dari tahun lalu. Persiapan-persiapan harus antisipatif dan harus direncanakan dari jauh hari, tidak reaktif‎,"kata Lembong di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (8/6/2016).

Tak optimalnya pelaksanaan impor tersebut disebut Lembong karena kurangnya koordinasi antar Kementerian terutama yang bertanggung jawab soal pasokan pangan.

"Masalahnya mungkin koordinasi antar lembaga, kepatuhan kepada keputusan yang sudah diambil di rakor, dan memang mental, mindset kita harus berubah," tambah Lembong.

Tak hanya itu, dia juga meminta kepada para pedagang‎ untuk memiliki budaya dagang yang sehat. Sistem ambil untung dengan memanfaatkan momen-momen tertentu diharapkan dapat dikurangi, karena merugikan masyarakat.

Apa yang terjadi di daging ini, dikatakan Lembong berbanding terbalik dengan komoditas beras. Dalam penyediaan stok beras, pemerintah sangat terkoordinir dan disiapkan jauh-jauh hari. Berbeda dengan daging yang keputusan impornya bersifat reaktif.

‎"Beras suatu contoh pelaksanannya cukup optimal, kebalikan dari sapi. Sapi harus saya akui kita sangat tidak optimal. Beras sangat optimal," ungkapnya.

Ini dibuktikan dengan cadangan beras Indonesia saat ini yang tercukupi. Bahkan demi menjaga adanya kenaikan harga, pemerintah telah melakukan operasi pasar. Stok beras di Bulog saat ini mencapai 2,2 juta ton