Sukses

Preman Kerap Serang Fasilitas Penyimpanan Minyak Pertamina

PT Pertamina (Persero) terus melakukan pembenahan salah satunya dengan menekan tingkat kehilangan minyak (losses).

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) terus melakukan pembenahan salah satunya dengan menekan tingkat kehilangan minyak (losses). Sayangnya langkah tersebut sering diganggu oleh aksi premanisme.

Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan, ‎biasanya preman menyerang fasilitas Pertamina untuk mengambil BBM atau minyak. Pengambilan tersebut membuat tingkat losses menjadi besar. "Ada kejadian dari para preman yang menciptakan losses. Ini benar-benar aksi premanisme," kata Dwi, dalam rapat kerja penyusunan asumsi makro APBNP 2016, di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (8/6/2016‎).

Dwi melanjutkan, aksi penyerangan preman ke fasilitas Pertamina tersebut kian marak. Padahal saat ini Pertamina juga sedang menjalankan program pengetatan losses.

Pada tahun ini, Pertamina menargetkan losses hanya 0,2 persen dengan nilai efisiensi sebesar US$ 105 juta. Dalam empat bulan terakhir, tingkat kehilangan BBM atau minyak semakin rendah dengan nilai efisiensi yang diperoleh telah mencapai 83 persen dari target tahunan.‎

Pada 2015 Pertamina berhasil turunkan tingkat kehilangan ke angka 0,34 persen atau jauh di bawah angka batas toleransi internasional 0,5 persen. "Ada beberapa kejadian kami berhadapan dengan preman, khusus kami menertibkan upaya menekan losses," ungkap Dwi.

‎Dwi menceritakan, pernah terjadi aksi penyerangan preman pada fasilitas Pertamina di Sumatera Barat. Dengan penyerangan tersebut, Pertamina akhirnya menghentikan pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan alasan keamanan. Namun, setelah berkoordinasi dengan aparat keamanan dan mendapat jaminan keamanan, Pertamina kembali mengalirkan BBM.

Aksi penyerangan preman juga terjadi pada fasilitas produksi minyak Pertamina di Bali. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh aksi pencurian minyak dari tangki Pertamina, namun saat aksi pencurian tersebut diketahui petugas Pertamina, saat petugas menertibkan malah menjadi sasaran pengeroyokan.

‎"Di Sumatera Barat, pereman masuk tanpa tanda pengenal menyerang, sudah kordinasi dengan Kapolda dijaga Brimob 40 orang jam set 11 sudah dibuka," tutup Dwi.