Liputan6.com, New York - Harga emas naik ke posisi tertinggi dalam tiga minggu terdorong pelemahan dolar dan suku bunga rendah di seluruh dunia.
Melansir laman Wall Street Journal, Kamis (9/6/2016), harga emas untuk pengiriman Agustus berakhir naik 1,2 persen menjadi US$ 1,262.30 per troy ounce di divisi Comex New York Mercantile Exchange. Ini mencapai tingkat tertinggi sejak 18 Mei.
Tercatat, hasil obligasi pemerintah Jerman dan Inggris jatuh ke level terendah sepanjang masa, ini ditarik suku bunga negatif dan pembelian obligasi oleh bank sentral.
Hal ini mempengaruhi harga emas yang cenderung naik dalam lingkungan suku bunga rendah, karena logam mulia tidak memberikan imbal hasil dan harus berjuang untuk bersaing dengan aset yang memberikan imbal hasil.
Baca Juga
Data ekonomi AS yang suram juga telah memunculkan ekspektasi di pasar, jika Federal Reserve akan menaikkan suku bunga pada bulan Juni. Ini akan lebih meningkatkan harga emas dan membebani dolar.
WSJ Dollar Index, yang mengukur dolar terhadap 16 mata uang lainnya, baru-baru ini turun 0,4 persen di 85,67. Harga emas dalam mata uang AS dan menjadi lebih murah untuk pembeli asing ketika dolar melemah.
"Tampaknya saat ini cukup kuat untuk emas," kata James Steel, Analis Logam Mulia HSBC Securities.
Harga emas telah naik 19 persen secara year to date karena kekhawatiran akan kesehatan ekonomi global dan suku bunga rendah yang mendorong investor untuk membeli logam safe haven.
Advertisement
Namun, analis mencatat bahwa harga emas sebagian besar didorong oleh ekspektasi Fed, dan beberapa pedagang masih mengawasi kemungkinan kenaikan tarif pada bulan Juli.
"Yang kita butuhkan adalah salah satunya data positif pada bulan depan ... dan semuanya berbalik lagi," kata Manajer Logam Mulia Marex Spectron David Govett.