Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan harga daging sapi di pasar turun menjadi Rp 80 ribu per Kilogram (Kg). Selain lewat impor dan menggelar operasi pasar, dalam jangka panjang Kementerian Pertanian (Kementan) akan memotong mata rantai distribusi pangan, termasuk komoditas daging sapi dari tempat penggemukan sapi (feedloter), langsung ke Toko Tani Indonesia (TTI).
Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman mengungkapkan pihaknya memotong mata rantai distribusi pangan dengan mendirikan toko tani sebagai program jangka panjang dalam rangka stabilisasi harga pangan.
Dijelaskannya, rantai distribusi pangan di Indonesia sangat panjang dan berbelit-belit. Ada 9-10 tingkatan yang harus dilalui pengiriman kebutuhan pokok dari tingkat petani sampai ke tangan konsumen. Setiap tingkatan mengambil keuntungan cukup besar, sehingga harga pangan yang dijual ke konsumen semakin mahal.
"Rantai pasok kita terlalu panjang. Ada 9-10 titik di mana masing-masingnya mengambil untung 10 persen. Dengan begitu, keuntungan 100 persen sampai di tingkatan paling ujung. Kalau dipotong separuhnya atau menjadi 3 titik saja, maka keuntungan semakin minim, harga yang dijual ke konsumen lebih murah," kata dia di Jakarta, Minggu (12/6/2016).
Lebih jauh Amran menjelaskan, hal ini berlaku untuk daging sapi. Dia bilang, ke depan penyaluran daging sapi bakal langsung disebar ke toko tani dan koperasi dari feedloter. Dengan begitu, pedagang perantara atau pedagang besar hilang secara perlahan.
"Jadi nanti dari feedloter langsung ke TTI, kemudian dijual langsung ke konsumen. Dan cara ini bukan untuk Ramadan saja, karena kita ingin membentuk struktur pasar baru. Tapi ini bukan cuma untuk daging saja, kebutuhan pokok kan ada 9. Kita memang ingin menjalankan perintah Presiden, karena menjual daging Rp 75 ribu per kg saja sudah untung Rp 5 ribu," terangnya.
Dalam operasi pasar kali ini, Kementerian Pertanian menjual daging sapi beku seharga Rp 75 ribu per Kg. Bawang merah Rp 25 ribu per Kg, beras Rp 7.500 per Kg, cabai merah Rp 18 ribu per Kg.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Perindustrian Saleh Husin yang ikut dalam operasi pasar menambahkan, harga pangan dan kebutuhan pokok yang terus meroket terjadi akibat rantai pasokan yang terlalu panjang dari tingkat petani ke konsumen. Sayangnya, dia enggan menyebut mahalnya harga-harga pangan akibat praktik mafia.
“Kita tidak harus menyebut ada mafia tapi paling tidak memangkas rantai pasok. Kalau mata rantai dipotong, masing-masing tingkatan mendapatkan keuntungan yang wajar. Sebab jika mengambil untung besar, dampak yang terjadi harga pangan melonjak,” tandas Saleh. (Fik/Ndw)